Mohon tunggu...
Muhammad Fikri Adrian
Muhammad Fikri Adrian Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

pembaca pemula pada bidang keislaman, kefilsafatan, dan sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Renungan Akhir Pekan; Kiat yang Baik dalam Merespon Segala Kehendaknya

5 Agustus 2023   08:44 Diperbarui: 5 Agustus 2023   09:30 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bersyukur-lah jika pagi hari ini kita masih dapat melihat serta merasakan hangatnya matahari, sebuah kesyukuran sekaligus kesadaran bahwa kita masih hidup di dunia ini, melanjutkan sebuah kehidupan yang hakikatnya bukan hanya untuk kita pribadi, namun juga guna mengisi ruang yang kosong di dalam komunitas kita, keluarga kita, serta masyarakat di sekeliling kita. Kehadiran kita sangat dibutuhkan disana walaupun sering kali kita merasa dikucilkan dalam dinamika kehidupan. Hidup memang tidak sepenuhnya indah, hari-hari yang kita jalani pastilah mempunyai lika-likunya tersendiri, boleh jadi minggu ini kamu mengalami banyak hal yang tidak meng-enak-kan, entah itu berasal dari perasaan yang kau buat sendiri ataupun berasal dari luar dirimu, begitupun sekelilingmu, kamu pastinya menyadadari bahwa kamu tidak hidup sendirian di muka bumi ini, ada entitas yang sama denganmu di sekelilingmu, ada pula entitas lain yang berbeda denganmu, entitas yang sama denganmu pastinya memiliki hal-hal yang mirip denganmu, dia memiliki perasaan, dia juga mempunyai nalar, dan yang terpenting ia juga hidup sepertimu. Kehidupan sangat mungkin disebut sebagai hal yang liar lagi menakutkan, terlalu banyak faktisitas-faktisitas yang terjadi di luar prediksi kita, faktisitas tersebut dapat  merupakan hal yang kita senangi ataupun yang kita tidak senangi, intinya kita tidak mungkin menolak faktisitas tersbut terjadi dalam kehidupan kita, kita hanya bisa melupakannya -pasca faktisitas tersebut usai menghampiri kita-. Kiat-kiat dalam menyambut faktisitas dalam kehidupan kita mudahnya adalah sadar akan kemungkinannya, kemungkinan akan hadirnya dalam kehidupan kita. Kita mesti  menyadari bahwa ia sangat mungkin menghampiri kita, dan kita tidak bisa lari darinya. Setidaknya jika kamu menyadari tentangnya serta kemungkinannya, kamu tidak akan terlalu kaget jika suatu hari nanti kamu mendapatinya datang di dalam kehidupanmu, dan faktisitas itu menjelma menjadi sesuatu yang bahkan belum pernah terbesit dalam pikiranmu apalagi sampai kamu prediksi akan kemungkinan kehadirannya.

Sebagai pribadi yang rentan ketika dihadapkan pada hal-hal yang mengejutkan, seyogianya seorang manusia banyak melakukan kebaikan terhadap sesama maupun ciptaan lain di dalam dinamika kehidupan. Apa relevansi antara kebaikan dan faktisitas yang mengejutkan di dalam kehidupan? Mudahnya, ketika kita melakukan kebaikan, kita akan mengenal patokan akan sesuatu itu mungkin dianggap baik atau mungkin dianggap sebagai sesuatu yang kurang baik, sebagai contoh; ketika kamu memberikan uang recehan kepada pengemis di tepi jalan, dalam benakmu kamu bisa saja berpikiran bahwa uang receh ini tidak akan cukup ia gunakan untuk membeli makanan, tapi kamu percaya bahwa uang receh ini bisa menjadi tambahan dari sesuatu yang lain yang pengemis tersebut sudah dapatkan, kamu berpikir positif disaat itu, kamu berpikir bahwa sang pengemis tak akan kecewa pada-mu, sehingga uang kecil yang kamu berikan kepadanya kamu anggap pastinya akan bermanfaat baginya, walau kadang terasa kurang pantas di dapatkan olehnya karena apa yang kau berikan bisa jadi tidak sesuai dengan apa yang kau kenakan.

Begitupun jika kita merenungi tentang faktisitas yang kita dapatkan di dalam kehidupan. Boleh jadi posisi kita saat itu seperti posisi pengemis yang tadi kita sudah ceritakan, kita diberikan uang recehan guna mengukur kesyukuran yang akan timbul di dalam hati kita ketika menerimanya, begitupun kemungkinan bahwa dengan faktisitas yang kita dapatkan, kita dituntut untuk memiliki semangat baru guna meraih hal lain yang kita impikan, seorang pengemis setidaknya akan mencari tambahan dari sesuatu yang kamu telah berikan guna mencukupi kekurangan untuk membeli sesuatu yang ia inginkan. Hal itupun yang seyogianya kamu lakukan jika suatu hari nanti kamu mendapati kebaikan, kamu dituntut untuk terus melakukan hal baik yang lainnya agar lahir daripadanya hal lain yang sama baiknya. Faktisitas pun boleh jadi berupa peringatan, agar kamu merenungi lebih jauh apa saja yang telah kamu lakukan, sangat mungkin di saat kamu mendapati peringatan itu kamu tersadar bahwa sering kali kamu menyakiti orang lain serta menzhalimi orang lain, sehingga diharapkan timbul dalam benakmu untuk tidak mengulanginya di hari yang akan datang. Begitupun sebuah peringatan akan kemalasanmu, serta kurang fokusnya kamu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, sehingga diberikan-lah kepadamu sesuatu yang dimaksudkan untuk merangsang kesadaranmu akan hal-hal yang masih kurang darimu.

Permisalan dirimu dengan seorang pengemis pada paragraf di atas memang tidak terlalu mengenakkan, namun sadar-kah kamu bahwa dihadapan Sang Pemberi faktisitas dirimu tidak sekeren itu, tidak sekeren seperti yang selalu kamu bayangkan. Sang Pencipta seraya memberi pengajaran serta peringatan guna melatihmu supaya lebih baik lagi dalam merespon segala hal yang ia kehendaki padamu, seperti pikiran-mu saat memberi uang recehan pada pengemis di tepi jalan itu, kamu merasa bahwa apa yang kamu berikan bukan-lah hal yang sia-sia, itu pasti ada manfaatnya, seakan kamu menuntut sang pengemis mensyukuri pemberianmu, begitupun sesuatu yang Tuhan berikan, tidak ada yang sia-sia hakikatnya dari segala hal yang ia ciptakan, boleh jadi yang ia berikan sepenuhnya kau anggap sebagai kebaikan, sangat mungkin juga jika kamu mengatakan bahwa ia telah menciptakan untukmu sebuah keburukan, itu urusan pribadimu. Aku hanya mengingatkan kepadamu bahwa dalam merespon segala sesuatu yang ia sudah berikan kepadamu, kamu tidak mungkin dapat meresponnya kecuali dengan menggunakan alat yang ia ciptakan dan titipkan pada dirimu, masih-kah kamu berani mengatakan ia sengaja memberikan keburukan padamu tanpa kau renungi lebih jauh lagi kemungkinan-kemungkinan baik yang terselubung serta niscaya dapat ditimbukan dari sesuatu yang menurutmu kurang mengenakkan itu? Maka renungilah wahai sahabatku!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun