Mohon tunggu...
Muhammad Fikri Adrian
Muhammad Fikri Adrian Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

pembaca pemula pada bidang keislaman, kefilsafatan, dan sosial

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Identitas Seorang Manusia

31 Juli 2023   09:26 Diperbarui: 31 Juli 2023   09:46 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu seorang sahabat mengundang saya untuk sejenak menikmati kopi bersama di sebuah kafe di sudut perkampungan tempat saya tinggal. Ia mengemukakan keresahannya terhadap temannya yang ia nilai bahwa temannya tersebut terlalu sibuk  menonjolkan dirinya dengan sesuatu yang ia kenakan tanpa menimbang lagi tentang kemampuan dirinya serta tidak berkaca tentang kepantasan dirinya dalam mengenakan pakaian tersebut, ia menambahkan bahwa di zaman sekarang kebanyakan orang hanya sibuk menebar kepalsuan  lewat hal eksternal pada dirinya tanpa berkaca "Apakah internal dirinya sudah sesuai dengan yang ditampilkan atau belum?", atau bahkan ia mungkin tidak pernah merenungi perihal "Apakah kesehariannya sudah mencirikan sesuatu yang ia tampilkan atau belum? atau mungkin ternyata malah  kontradiktif dengan penampilannya".

Banyak literasi yang telah membahas tentang sebuah pendapat yang mengemukakan bahwa Pakaian adalah penjelas identitas seseorang, tak sedikit dari pembaca yang mengamini serta mendukung pendapat tersebut dan tidak sedikit pula dari pembaca yang menanggapinya dengan tanggapan ketidak-setujuan. Bagi mereka yang setuju, mudahnya ialah mereka mengemukakan bahwa dengan pakaian -tertentu- kita dapat dengan mudah mengidentifikasi tentang "Siapakah orang tersebut?" dan "Apa yang dia lakukan?", sehingga identitasnya cepat untuk dapat dikenali dan dengan cepat pula nalar kita memahami tentang bagaimana cara merespon orang tersebut dengan baik, sebagai contoh jika ada seseorang berseragam satpam -yang tidak kita kenali- berada di depan komplek tempat tinggal kita, kita dapat dengan mudah mengenali siapa orang tersebut melalui seragamnya dan apa yang ia lakukan disana, karena mugkin ia adalah seorang satpam baru yang ditugaskan menjaga keamanan komplek tempat kita tinggal, berbeda jika satpam tersebut -yang tidak kita kenali- tidak memakai seragamnya mondar-mandir di depan komplek tempat kita tinggal, kita patut mencurigai gerak-gerik orang tersebut, bahkan akan muncul opini liar tentang orang tersebut, kecurigaan-pun sangat mungkin akan muncul, bahkan bisa berujung kepada salah penafsiran jika kita enggan melakukan tabayun dengan pribadi tersebut. 

Bagi mereka yang tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa Pakaian adalah penjelas identitas seseorang, mungkin saja ketidak-setujuan mereka muncul dari keresahan yang pernah mereka alami, boleh jadi mereka pernah merasakan suatu kejadian yang merugikan di dalam hidup mereka, misalnya; Mereka ditipu oleh seseorang yang memakai pakaian khas instansi tertentu, pada saat itu mereka langsung mengamini identitas orang tersebut cukup dengan melihat pakaiannya, sehingga tidak dilakukan oleh mereka identifikasi lebih lanjut tentang "Apakah orang tersebut adalah benar utusan dari sebuah Instansi khusus atau bukan?", namun ternyata kenyataannya orang tersebut adalah pegawai gadungan yang tidak lain adalah seorang penjahat yang sedang melancarkan aksi penipuan. Dewasa ini kita juga pastinya pernah mendengar berita tentang seseorang yang dengan sengaja melakukan pemalsuan identitas demi terpenuhi angan-angan pribadinya, sebagai contoh seorang laki-laki dewasa yang hedak mendekatkan diri kepada seorang wanita yang ia puja, dia dengan sengaja membeli seragam PNS dan memakainya ketika hendak menjemput wanita yang diinginkannya, boleh jadi mitos yang beredar dalam lingkungan tempat tinggal si-perempuan ini mengharuskan sebisa mungkin untuk mencari calon suami yang bekerja sebagai PNS, demi terciptanya kestabilan ekonomi dimasa pernikahannya kelak. Lagi-lagi ini adalah sebuah tragedi pemalsuan identitas dengan sebuah pakaian, yang dengan mudahnya dan secara nyata terjadi dilingkungan sekitar kita.

Dalam merespon beberapa contoh kasus diatas, seyogyanya kita semua dapat merenungi tentang Esensi akan Identitas. Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri. Identitas diri meliputi berbagai keunikan yang dapat ditemui di dalam diri kita, begitupun tentang kesadaran akan sesuatu yang bukan termasuk dari kita. Walaupun dalam prakteknya Identitas Manusia berjalan bersamaan dengan Eksistensi Manusia yang memiliki ciri Kebebasan/Kemerdekaan seperti apa yang di ungkapkan seorang Filsuf Eksistensialisme Jean-Paul Sartre, Seorang manusia tetap diberikan tanggung jawab atas segala yang dilakukan olehnya. Jika kita mengaku sebagai seorang dokter namun pada praktisnya kita tidak mampu memberikan pengobatan terhadap orang lain, maka bersiaplah untuk menanggung akibat dari penipuan yang telah kita lakukan. 

Mengutip salah satu perkataan Jean-Paul Sartre; "Bahwa kamu itu adalah apa yang kamu lakukan sehari-hari". Dapat kita simpulkan bahwa jika kita memiliki ambisi untuk dapat meraih sebuah cita-cita (identitas tertentu), maka kita mesti mendawamkan hal-hal pendukung -pada keseharian kita- dalam proses meraih cita-cita tersebut, sehingga proses demi proses yang kita lakukan seakan mengisi kekosongan dalam diri kita, dan pada akhirnya kita mampu meraih apa yang kita cita-citakan melalui proses yang baik lagi benar. Bukan dengan asal mengaku atau dengan kata lain menipu orang lain atas identitas kita, yang tidak lain hanya akan membuat kebobrokan kita semakin jelas muncul dan menyebar ke telinga orang-orang di sekeliling kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun