Jika hari ini saya ada di Yogya, saya pasti akan makan di warungnya Mas Jody. Tentu karena di hari ini, warung itu mengajak pelanggannya untuk sejenak memikirkan dampak dari asap rokok. Saya senang ada pengusaha yang memikirkan hajat hidup orang banyak, hal yang seringkali terlupa oleh pemerintah saya.
Sebagai orang Indonesia, saya agak malu ketika mengetahui betapa pemerintah saya alpa menjadikan kesehatan publik sebagai salah satu hal yang semestinya diutamakan.
Indonesia --negara yang di dalamnya terdapat satu dari lima pabrik produsen rokok terbesar di dunia, dengan angka perokok yang juga terbesar kelima di dunia-- seringkali lupa, bahwa menandatangani Framework Convention on Tobacco Control (FTTC) sama dengan menyelamatkan jutaan warganya.
Hari ini sekali lagi, saya mengajak pemerintah saya untuk tak lagi lupa. Apa guna Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) diperingati pemerintah saya di Kementerian Kesehatan setiap tahun, jika menterinya selalu alpa?
Sudahlah tentang devisa yang tidak sebanding dengan kerugian yang ditanggung negara untuk pengobatan. Sudahlah soal warisan budaya, yang semua orang paham bahwa warisan buruk harus disudahi. Sudahlah!
Pak Presiden Joko Widodo, selamat kami.
AZ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H