Mohon tunggu...
Adriani Zulivan
Adriani Zulivan Mohon Tunggu... -

Socmed enthusiast. Her study background on Social Development interact her to cultural & social life. Travels to many places in Indonesia & write travel stories on personal blog. Manages several socmed accounts of social activism. One of administrators of @jalinmerapi (local initiative of socmed use to support DRR on volcanic eruption of Merapi). With Elanto Wijoyono, she builds Indonesian Heritage Inventory http://heritageinventory.web.id/ (an initiative to optimize socmed as data collector about latest situation of Indonesian heritage)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari Pusaka Dunia: Bagaimana Cara Memeringatinya?

19 April 2014   06:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:29 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

World Heritage Day (WHD) diperingati seluruh dunia tiap tanggal 18 April. Di Indonesia, WHD diterjemahkan menjadi Hari Pusaka Dunia (HPD). Agenda ini digagas oleh International Council on Monuments & Sites (ICOMOS), organisasi dunia yang bergiat pada isu pelestarian monumen dan situs pusaka.

Sebenarnya ICOMOS tidak menggunakan kata "World Heritage Day", melainkan  "International Day on Monuments and Sites". Meski demikian, istilah WHD lebih populer dipakai warga dunia. Mungkin ini disebabkan oleh terbatasnya pengertian pusaka pada monumen dan situs. Pusaka tak hanya monumen (bangunan bersejarah), namun juga alam (lanskap), budaya, dan gabungan ketiganya (saujana). Perdebatan terkait hal tersebut pernah dibahas ICOMOS di sini.

Apa yang dapat dilakukan untuk memeringati Hari Pusaka Dunia? ICOMOS yang menaruh perhatian pada monumen ini, menganjurkan agenda berikut:


  1. Mengadakan kunjungan/jelajah pusaka dan praktik restorasi bangunan pusaka
  2. Mempublikasikan artikel baik di media cetak maupun media elektronik
  3. Memasang spanduk di tempat-tempat strategis untuk menarik perhatian publik
  4. Mengundang ahli lokal dan dunia serta para pemerhati untuk konferensi dan berbagi pengalaman
  5. Menyelenggarakan diskusi di pusat budaya dan ruang publik lainnya
  6. Menyelenggarakan pameran (foto, lukisan, dll)
  7. Menerbitkan buku, kartu pos khusus, perangko, poster
  8. Menganugerahkan penghargaan kepada organisasi atau individu yang berkontribusi pada pelestarian, kampanye budaya serta karya penerbitan terbaik
  9. Meresmikan monument yang baru direstorasi
  10. Mengadakan aktivitas khusus untuk peningkatan kepedulian bagi anak sekolah dan generasi muda
  11. Melakukan kampanye kerjasama antar organisasi, mengidentifikasi area kerjasama, pertukaran ahli, pertemuan dan seminar, atau menyunting karya penerbitan bersama.


Tema HPD tahun ini adalah "heritage of commemoration", yaitu peringatan kejadian bersejarah. ICOMOS menjelaskannya seperti ini:

Monuments and sites, including those more complex and diversified forms of heritage places such as living landscapes, are tangible carriers of the memory of a part of the human experience. Thus, through their authenticity and integrity, they contribute, in their way, to the commemoration and transmission of values which include history. [Sumber: ICOMOS]

Kejadian bersejarah. Untuk Indonesia, misalnya sejarah perjanjian Giyanti. Jadi, kita dapat melakukan sesuatu terkait situs tersebut sebagai peringatan HPD. Peringatannya tak harus sesuatu yang mahal/berbayar. Sesederhana apapun bisa, selama ditujukan untuk meningkatkan kepedulian publik terhadap kelestarian pusaka.

Terkait penggunaan kata "pusaka" untuk menerjemahkan kata "heritage" (Inggris). Ini termaktub dalam Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia (2003). Penjelasan lengkapnya sila cek di sini.

Tahun 2013 lalu, lebih dari 40 agenda peringatan HPD diselenggarakan di seluruh Indonesia. Berbagai kegiatan dilakukan, mulai dari bincang-bincang santai, seminar formal, upacara peringatan, berbagai pelatihan, agenda jelajah, pentas seni, pendidikan pusaka, dan masih banyak lagi. Meski dilaksanakan secara tepisah, agenda ini memiliki satu tujuan: Menumbuhkan kesadaran publik akan pentingnya melestarikan pusaka.

Mari mengenalkan pusaka waisan nenek moyang, dengan berpartisipasi di momen baik ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun