Pada akhir tahun 2020 Season 4 dari serial animasi Jepang Attack on Titan diluncurkan dengan mengambil latar cerita kehidupan Bangsa Eldia dalam Kota Liberio. Berbeda dengan ketiga season sebelumnya yang hanya menceritakan kehidupan Bangsa Eldia di dalam dinding raksasa yang menjaga mereka dari raksasa pemangsa manusia maka pada season 4 Hajime Isayama menceritakan kehidupan Bangsa Eldia yang hidup di luar dinding dalam Pemerintah Marley. Kehidupan di luar dinding dalam bayangan Bangsa Eldia di Pulau Paradis adalah kehidupan yang bebas dan bahagia namun kenyataannya kehidupan Bangsa Eldia di Kota Liberio sangatlah miris. Liberio sendiri adalah kota tempat Bangsa Eldia ditawan, diasingkan, dan dipersekusi karena dianggap sebagai bangsa iblis yang dapat menghancurkan dunia sehingga Bangsa Eldia yang hidup di Liberio pun membenci dirinya sendiri karena terlahirkan sebagai bangsa iblis. Intrik politik identitas dalam serial animasi ini sangatlah terasa dengan bagaimana Pemerintah Marley melakukan persekusi, menggunakan anak-anak Bangsa Eldia sebagai tentara, dan melakukan eksperimen manusia untuk kepentingan ekspansi Pemerintah Marley.
Saya sebagai penonton melihat gambaran kehidupan Bangsa Eldia di Liberio tidaklah jauh berbeda dengan ketidakadilan terhadap minoritas yang terjadi di dunia nyata seperti gerakan anti-semitisme yang terjadi pada Pemerintah Nazi di Jerman ataupun kasus-kasus politik identitas yang terjadi hingga sekarang di berbagai belahan dunia. John Rawls dalam bukunya “A Theory of Justice" beranggapan bahwa kebebasan (liberty) dan kesetaraan (equality) dapat digabungkan menjadi suatu prinsip keadilan. (Anggara, 2013, 2) Maka dari itu saya mencoba melihat ketidakadilan dalam kehidupan Bangsa Eldia di Liberio sebagai gambaran realita kehidupan dalam kacamata teori keadilan oleh John Rawls.
Dua Kondisi, Satu Peraturan
Tulisan Rawls tentang keadilan berawal dari premis Original Position atau posisi awal ialah sebuah keadaan yang mana setiap orang hidup setara dan dalam posisi ini setiap orang hidup dalam kesetaraan dan memiliki akses dan hak yang sama akan semua hal. Posisi awal ini adalah kenyataan yang diberikan oleh Pemerintah Marley kepada penduduk Eldia di Liberio dengan mengubah sejarah yang terjadi. Mereka menyatakan bahwa berabad-abad yang lalu Eldia dan Marley adalah dua bangsa yang hidup bersamaan namun Eldia memiliki darah khusus yang dapat memberikan mereka kekuataan untuk berubah menjadi raksasa dan mencoba untuk menguasai bangsa-bangsa lain. Posisi awal yang disampaikan Pemerintah Marley adalah cara pemerintah untuk membuat penduduk Eldia tetap tunduk dan merasa bahwa bangsa merekalah bersalah sebab tindakan mereka yang akhirnya menyebabkan keadaan mereka yang dipersekusi.
Kondisi lainnya dalam tulisan Rawls adalah Veil of Ignorance yaitu asumsi bahwa masyarakat tidak mengetahui kenyataan kehidupan mereka. Dalam hal ini Bangsa Eldia tidak mengetahui bahwa mereka adalah budak Bangsa Marley sebelum akhirnya mereka dikatakan sebagai bangsa iblis yang mencoba menaklukan bangsa-bangsa lain. Ketidaktahuan mereka tentang perbudakan yang dilakukan oleh Marley kepada Eldia yang menuntun mereka kepada Maximin Rule (Maximum Minimorum) yaitu Eldia menerima kenyataan bahwa merekalah yang bersalah karena telah melakukan penghancuran dan penaklukan kepada bangsa-bangsa lain yang akhirnya membuat mereka hidup dalam tawanan Pemerintah Marley. Mereka menerima kenyataan bahwa mereka menjadi tawanan yang hidup dalam persekusi sebab mereka merasa bahwa itulah hasil terbaik dibandingkan dengan pembantaian seluruh bangsanya.
Rawls menganggap bahwa keadilan sebagai “fairness” yaitu pemerintah ada sebagai penanggung jawab bagi anggota masyarakatnya yang tidak mampu, terkucilkan, dan tidak beruntung dalam kehidupan. (Anggara, 2013, 3) Bila melihat dari kacamata keadilan Rawls kenyataan penduduk Eldia di Liberio berbanding terbalik dengan prinsip fairness tersebut karena kehidupan mereka penuh dengan persekusi dan diskriminasi. Kehidupan dimana penduduk harus menggunakan ban lengan untuk membedakan etnis atau rasnya bukanlah kehidupan yang adil melainkan kehidupan yang penuh ketidakadilan dan segregasi. Penduduk Eldia tidaklah bisa mempertanggungjawabkan tindakan yang dilakukan leluhurnya karena mereka adalah komunitas masyarakat dan bukan lembaga atau institusi yang dapat mempertanggungjawabkan tindakannya di masa lalu. Itulah kenyataan politik identitas yang radikal dalam kehidupan penduduk Eldia di Liberio.
Dua Prinsip Keadilan Rawls
Ada dua prinsip utama dalam keadilan yaitu prinsip kebebasan (principle of liberty) dan prinsip kedua dibagi menjadi 2 bagian lagi ialah prinsip perbedaan (the difference principle) serta prinsip kesamaan kesempatan (the prinsiple of fair equality of opprtunity). Yang dimaksud dengan prinsip kebebasan adalah hak kebebasan berpolitik, kebebasan berbicara dan berpendapat, kebebasan berkeyakinan, kebebasan menjadi diri sendiri, dan hak untuk mempertahankan properti. Sedangkan prinsip kedua dapat diartikan sebagai perbedaan sosial dan ekonomi dalam masyarakat harus diatur oleh negara agar manfaat yang dihasilkan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat atau dengan kata lain adalah pembentukan welfare state. Rawls merasa bahwa kedua prinsip ini berjalan bersamaan dengan prinsip pertama sebagai prioritas dalam perwujudannya sebagai fondasi bagi prinsip kedua (Fattah, 2013, 36-37).
Penggambaran kedua prinsip ini dalam penduduk Liberio dapat dipahami bahwa Pemerintah Marley secara jelas dan nyata tidak berusaha sedikitpun untuk memenuhi prinsip keadilan yang pertama hal ini terbukti dari kehidupan penduduk Liberio yang tidak dapat mengambil bagian dalam kehidupan politik Pemerintah Marley begitupula mereka tidak bisa menyuarakan pendapatnya kepada pemerintah serta tidak dapat menyatakan dirinya sebagai orang Eldia yang bangga tanpa harus takut tindakan represi dan perampasan property yang dilakukan Pemerintah Marley. Bila prinsip pertama saja sudah tidak dipenuhi maka tidaklah mungkin prinsip kedua memiliki landasan untuk dapat dipenuhi pula. Penduduk Liberio hidup dalam hukum militer dan dalam penjagaan ketat oleh militer. Bagi penduduk Liberio yang ingin menjadi warga negara Marley pun harus bergabung dan mengabdi ke dalam militer namun meskipun begitu mereka masih tetap harus menggunakan ban lengan yang menandakan bahwa mereka adalah Bangsa Eldia dan tidak akan pernah mungkin dapat diterima sebagai warga negara Marley yang utuh.
Menurut saya sendiri serial Attack on Titan adalah sebuah penggambaran realita dan sejarah peradaban manusia yang bahkan sampai saat ini terjadi walaupun berada dalam dunia yang fiksi. Penggambaran bagaimana korupsi pemerintah, penggambaran perang dan kejahatannya, pelanggaran hak asasi manusia, persekusi minoritas, segregasi kelompok, dan perlakuan tidak adil oleh pemerintah kepada penduduknya sendiri adalah sebuah kritik bagi keadaan yang dihadapi sekarang. Bahkan kita bisa melihat lebih banyak arti tersembunyi dalam serial ini bila kita mencoba menggali lebih dalam dan memperhatikan detil terkecil yang ada. Inilah sedikit hal yang terlintas dipikiran saya ketika pertama kali menonton serial animasi Attack on Titan karena kecintaan saya unuk menganalisis sesuatu hal terlalu jauh untuk mencari arti tersembunyi dalam setiap hal yang saya lihat.
Daftar Pustaka