Pada 22 Juni 2013 lalu, Pemerintah telah resmi menetapkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi (Premium dan Solar) dari harga 4.500 menjadi 6.500 (+2.000) untuk premium dan 5.500 (+1.000) untuk solar per Liternya. Meskipun terjadi kenaikan harga BBM subsidi, kota – kota besar di Indonesia tetap menjadi sarang bagi kemacetan di Indonesia. Kemacetan merupakan salah satu sumber penyebab polusi disuatu wilayah. Kemacetan juga merupakan masalah klasik yang sampai saat ini masih belum bisa diselesaikan Kepala – Kepala daerah setempat, baik Gubernur maupun Walikota. Adapun tindakan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Surabaya untuk mengatasi kemacetan tersebut yaitu dengan monarel. Tetapi mega proyek tersebut baru akan selesai dalam jangka waktu yang cukup lama. Dalam waktu yang cukup lama tersebut, jelas akan terjadi pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi (sepeda motor dan mobil) yang cukup signifikan ditambah menyempitnya jalan akibat proyek pembangunan monorel tersebut.
Untuk saat ini, yang bisa dilakukan Pemerintah Propinsi atau Kota guna mengatasi kemacetan ialah dengan mensubsidi tarif angkutan umum (MPU dan Bus Kota). Banyaknya yang menggunakan kendaraan pribadi karena dengan 1 Liter premium sepeda motor dapat menempuh jarak rata – rata 40 km dan mobil 8 km. Oleh karena itu, tarif ideal bagi calon penumpang kendaraan umum yaitu 1 kali PP (pergi ke tempat kerja/sekolah – kembali ke rumah) harus dibawah harga BBM subsidi 1 liter 6.500 yaitu (6.000) hingga ½ harga dari tarif bawah BBM subsidi (3.000). Dengan catatan dalam 1 kali PP setiap penumpang membutuhkan 2 – 5 Angkutan Umum. Maka, didapat tarifnya ialah 600 – 1.200/penumpang dengan tarif median 900/penumpang. Cukup ideal bukan?
Apabila tarif angkutan umum yang semula 3.000 (tergantung kota) turun menjadi 900, dengan subsidi Pemerintah setempat 2.100/penumpang. Cukup transparan bukan?
Namun, bila dibandingkan BBM subsidi (premium) 6.500, tetapi adakah yang tahu berapa yang saat ini disubsidi Pemerintah per Liternya? Cukup tau aja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H