Mohon tunggu...
Adriana Megawati
Adriana Megawati Mohon Tunggu... -

setiap kata memiliki cerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita Tangguh

11 September 2013   19:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:02 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi-pagi buta kulangkahkan kakiku bersama teman-teman menyusuri sepanjang jalan Malioboro Yogyakarta. Terdapat banyak para pedagang kaki lima yang sedang mengemasi barang-barang dagangannya yang telah laku terjual. Kakiku terhenti di pasar Beringharjo, mataku terpaku melihat sosok wanita yang sangat tanguh dalam menghadapi dunia yang sangat keras ini. Wanita itu rela kerja keras di pagi buta demi mendapatkan upah yang tak seberapa. Sebuah senyuman menghiasi raut wajah bahagia wanita tua itu. Ketika sebuah mobil datang yang penuh dengan barang-barang dagangan.

Tanpa pikir panjang lagi, wanita itu bergerak menuju mobil yang penuh dengan barang-barang dagangan tersebut. Dia menyelempangkan selendangnya ke sebuah barang yang ada di depannya. Wanita itu mengikat barang yang telah di gendongnya sangat erat. Dia berjalan dengan cekatnya menuju tempat dimana barang itu diletakkan. Tampaknya wanita tua itu telah hafal dengan barang yang di gendongnya saat ini.

Mungkin upah yang ia dapatkan tak seberapa, tetapi tenaga yang dikerahkannya sangat membantu para pedagang untuk mengangkut barang-barang yang sangat berat. Kadangkala wanita itu duduk bersandar di pinggiran sebuah toko dan berbincang-bincang dengan segerombolan teman-temannya sesama kuli panggul di pasar Beringharjo. Miris rasanya melihat ibu ibu yang seharusnya melewati masa tuanya dengan duduk manis di rumah, tetapi kenyataan yang aku lihat sekarang ini sangatlah beda dari apa yang aku bayangkan. Wanita tua itu mengerahkan seluruh tenaganya untuk menghidupi keluarga kecilnya.

Tak selang berapa lama wanita itu istirahat, muncullah sebuah mobil yang berisi sayur mayur para pedagang. Mungkin itu rezeki yang diberikan oleh Tuhan untuk menghidupi keluarganya. Hanya dengan cara itulah dia menghidupi keluarga kecilnya. Rasa lelah sangat ia rasakan, tetapi itu hanyalah angin lalu bagi dia. Setelah meletakkan hasil gendongannya ke tempat yang ia tuju, wanita tua itu menghampiri temannya sesama kuli panggul di pasar beringharjo. Berbincang-bincang demi menghilangkan kepenatan mereka selama ini.

Ada sesosok anak kecil yang seharusnya masih menikmati tidur di balik nyamannya selimut, tetapi anak kecil ini sangatlah beda, dia mengikuti sang ibu pergi bekerja demi sesuap nasi. Teman wanita tua itu mengajak anak kecilnya untuk bekerja. Sangat tidak adil sekali dunia ini, anak sekecil itu harus ikut menanggung beban keluarga. Ketika sang ibu menyelempangkan selendangnya ke barang dagangan, sang anak membawa sebuah tas plastik barang dagangan milik pedagang yang akan ditujunya. Langkah kecilnya mengikutilangkah kaki sang ibu yang bergerak menuju ke dalam pasar Beringharjo.

Tak selang beberapa saat wanita muda itu menggandeng anaknya menuju emperan toko untuk beristirahat sejenak. Sang anak tampak senang dan berlari-lari kecil di samping sang ibu. Ya, dunia ini sangatlah tidak adil bagi mereka. Seharusnya anak-anak masih menikmati lelapnya tidur di balik hangatnya selimut. Tetapi yang aku lihat sekarang ini sangatlah beda dari apa yang aku bayangkan selama ini. Banyak anak diluar sana yang membantu keluarga untuk mencari sesuap nasi. Meskipun tenaganya tidak seberapa, dia sudah sangat senang jika mendapatkan sedikit uang oleh para pedagang yang telah menggunakan jasanya.

Matahari pun muncul dengan cerahnya. Sebuah senyuman menghiasi anak kecil itu. Dengan sigap, dia menggandeng tangan ibunya dengan erat. Dia merengek untuk minta pulang. Mungkin lelah yang dia rasakan sudah tidak terbendung lagi. Sang ibu menganggukkan kepala tanda ia setuju. Sang anak pun tertawa lepas sambil menikmati indahnya sang mentari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun