Bangsa Indonesia turut bahagia. Warga Indonesia yang dituduh melakukan pembunuhan di Negeri Jiran, Siti Aisyah, akhirnya dibebaskan. Terlebih dia diperdaya yang ternyata merenggut nyawa saudara tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong Nam.
Setelah melalui pengadilan yang melelahkan sejak 2017, serta berbagai saksi dipanggil, Siti Aisyah bebas usai jaksa setempat mencabut dakwaannya.
Kehebohan pun dimulai, setelah hampir tak terdengar, Siti Aisyah pulang dan muncul klaim pembebasan tersebut berkat bantuan pemerintah. Bahkan, Aisyah dibawa ke Istana seakan untuk menunjukkan bahwa ia bebas karena campur tangan pemerintah. (Sumber)
Tak berselang lama, justru bantahan datang dari Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad. Menurut pimpinan Malaysia, pembebasan ini murni karena hukum, alias bukan karena unsur politis.
Merujuk pada polemik ini, menunjukkan bahwa dalam politik, segala hal dipolitisir demi kepentingan tertentu. Sudah cukup mestinya kita bersyukur atas bebasnya warga Indonesia. Bukan malah klaim ini kerja siapa. Karena seorang patriot, tak akan pernah menunjukkan apa yang telah diperbuat.
Tak berhenti disitu, klaim Pemerintahan Jokowi atas pembebasan Aisyah tersebut membuat seluruh rakyat Indonesia malu, hingga di tingkat internasional. Mestinya Pemerintah Indonesia menyampaikan ucapan terimakasih saja pada Pemerintah Malaysia atas dibebaskannya Aisyah, bukan malah mengklaimnya dan diberitakan besar-besaran bahwa itu adalah upaya lobi yang dilakukan oleh rezim Jokowi.
Mengingat sebentar lagi Pemilu, apa iya pemerintah segitunya sampai membawa persoalan warganya demi kepentingan menjadi penguasa? Entahlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H