Rupiah (IDR) mengalami fluktuasi sepanjang 2015. Fluktuasi ini kemungkinan juga diprediksi akan bergerak lagi di sepanjang tahun 2016, yang dipicu oleh kebijakan USA untuk menaikkan suku bunga pada akhir tahun 2015. Kebijakan tersebut telah mendorong capital flow kembali ke USA, dan mendorong keluarnya modal dari negara-negara berkembang.
Perubahan kebijakan moneter USA pada akhir tahun 2015 memang sudah lama dinanti dan diprediksi oleh berbagai pengamat ekonomi dunia. Sehingga berbagai negara yang menyadari akan dilakukannya kenaikan suku bunga dimaksud telah dan cukup baik mengantisipasi kenaikan USD terhadap kurs negara - negara dimaksud.
Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia sebagai pengambil kebijakan moneter di Indonesia juga mengambil berbagai langkah positif untuk mengamankan kurs rupiah terhadap USD. Namun melihat pergerakan rupiah yang sama sekali jauh dari yang namanya stabil, kebijakan BI dianggap kurang effektif. Kondisi rupiah sepanjang setahun terakhir hanya bergantung kepada kondisi pasar China dan kebijakan ekonomi moneter Amerika.[/caption]
Dari grafik di atas, pergerakan Rupiah yang jauh dari stabil sepanjang 2015, dimana pergerakannya dimulai dari kurs 12.500 - 14.800/US$, menggambarkan bahwa IDR tidak percaya diri sebagai platform ekonomi Indonesia.
Melihat kenyataan ini, bahwa IDR sangat tergantung kepada seorang Yellen dan pertumbuhan ekonomi China, maka ada beberapa hal yang perlu kita pertanyakan dalam perkembangan ekonomi Indonesia tahun 2016:
1. Seberapa besar fluktuasi Rupiah di tahun 2016
2. Apa yang akan dilakukan oleh BI untuk menjaga stabilitas ekonomi khususnya IDR
3. Adakah kebijakan baru yang tidak dipengaruhi perdagangan China dan kebijakan
4. Adakah cara supaya IDR diterima oleh negara-negara tetangga (mis: India dsb )
Dunia ekonomi usaha di Indonesia, secara teori memang tidak terpisah dari ekonomi dunia luar, sehingga kondisi stabilitas IDR juga sangat terpengaruh dengan kondisi ekonomi negara-negara besar. Kasusnya adalah bahwa sebenarnya sangat membutuhkan apa yang namanya stabilitas kurs dan ekonomi.
Stabilitas inilah yang tidak bisa dijamin oleh pemerintah maupun BI sebagai pengendali kebijakan Moneter. Kebijakan BI selama ini hanya berpengaruh secara signifikan pada pelaku ekonomi yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, kita berharap kebijakan BI yang bisa mempengaruhi kebijakan ekonomi USA dan China. Mungkinkah?