Mohon tunggu...
M Adrian Khalid
M Adrian Khalid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak Covid-19 terhadap Kondisi Pasar Valuta Asing

10 Juli 2024   14:21 Diperbarui: 10 Juli 2024   14:29 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasar valuta asing, atau foreign exchange market (Forex) atau pasar valas, adalah tempat di mana penjual dan pembeli mata uang asing bertemu untuk melakukan transaksi. Kegiatan penawaran dan permintaan valuta asing umumnya dilakukan di bursa valuta asing yang dikelola oleh bank. Selain itu, pertukaran valuta asing juga dapat dilakukan melalui tempat penukaran uang asing atau money changer. Pasar ini berfungsi sebagai mekanisme untuk menentukan nilai tukar mata uang yang berbeda melalui interaksi antara penawaran dan permintaan. Bank, perusahaan multinasional, investor, pemerintah, dan individu adalah beberapa pemain utama di pasar ini. Transaksi yang terjadi di pasar valuta asing meliputi berbagai tujuan, mulai dari perdagangan internasional dan investasi hingga spekulasi mata uang. Pasar valuta asing beroperasi secara global dan berkelanjutan selama 24 jam sehari, karena beroperasi di berbagai pusat keuangan utama di seluruh dunia. Keberadaan pasar ini sangat penting dalam mendukung perdagangan internasional, investasi, dan stabilitas ekonomi global.

Ancaman Covid-19 Terhadap Perekonomian Global

COVID-19 merupakan guncangan masa damai yang paling merugikan perekonomian global dalam satu abad. Dampaknya terhadap volatilitas pasar tidak hanya merupakan dampak terbesar dalam sejarah pandemi, namun beberapa indikator ketidakpastian telah mencapai nilai tertinggi yang pernah tercatat. hal ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian dunia dan juga berimbas pada semua sektor terutama ekonomi. Hal ini diakibatkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi karena pandemi Covid-19. Keterlambatan ini ditandai dengan memburuknya kondisi lingkungan eksternal dan melemahnya permintaan dalam negeri. Pandemi Covid-19 akan berdampak buruk bagi perekonomian dunia dan Indonesia pada tahun ini, karena terjadi bersamaan dengan menurunnya harga komoditas dan gejolak pasar keuangan.

Kondisi COVID-19 terhadap perekonomian global menyebabkan ketidakpastian yang sangat tinggi, menurunkan kinerja pasar keuangan global, menekan banyak mata uang dunia, serta memicu pembalikan modal ke aset keuangan yang dianggap aman. Selain itu, prospek pertumbuhan ekonomi dunia juga menurun akibat terganggunya rantai pasokan global, turunnya permintaan dunia, dan melemahnya keyakinan dari para pelaku ekonomi.

Data Februari 2020 menunjukkan berbagai indikator dini global seperti keyakinan pelaku ekonomi, Purchasing Manager Index (PMI), serta konsumsi dan produksi listrik menurun tajam. Penurunan indikator-indikator ini mencerminkan dampak langsung dari pandemi terhadap aktivitas ekonomi, menunjukkan bagaimana gangguan besar pada rantai pasokan dan permintaan global telah mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan. Akibatnya, banyak negara menghadapi resesi ekonomi yang dalam dan berusaha untuk menemukan strategi mitigasi yang efektif.

Ketidakpastian yang terjadi di era Pandemi

Ketidakpastian global yang disebabkan oleh pandemi meningkatkan volatilitas di pasar valuta asing. Nilai tukar mata uang sering mengalami fluktuasi tajam karena berita terkait COVID-19, perubahan kebijakan pemerintah, dan respons pasar terhadap perkembangan pandemi. Mata uang seperti dolar AS (USD), yen Jepang (JPY), dan franc Swiss (CHF) sering dianggap sebagai safe haven dan mengalami penguatan selama masa ketidakpastian. Investor cenderung mencari keamanan dalam aset-aset yang lebih stabil ketika risiko global meningkat. Lockdown dan pembatasan perjalanan menyebabkan penurunan tajam dalam perdagangan internasional dan permintaan global. Hal ini memengaruhi nilai mata uang negara-negara yang sangat bergantung pada ekspor, seperti negara-negara berkembang. Harga komoditas, seperti minyak dan logam, juga mengalami fluktuasi yang signifikan selama pandemi. Negara-negara yang ekonominya sangat bergantung pada ekspor komoditas terpengaruh oleh perubahan harga ini, yang pada gilirannya mempengaruhi nilai tukar mata uang mereka.

Peningkatan penggunaan teknologi dan platform perdagangan online memfasilitasi partisipasi yang lebih besar di pasar valas. Trader ritel dan institusi dapat lebih mudah mengakses informasi dan melakukan transaksi. Pandemi memaksa banyak negara untuk meninjau kembali kebijakan perdagangan mereka. Proteksionisme meningkat di beberapa kawasan, dengan negara-negara lebih fokus pada kemandirian ekonomi dan rantai pasokan domestik. Perubahan ini berdampak pada aliran perdagangan internasional dan nilai tukar mata uang. Banyak negara mengalami resesi akibat pandemi. Resesi ini menyebabkan penurunan daya beli dan produksi, yang memengaruhi nilai mata uang. Negara dengan ekonomi yang lebih kuat dan langkah-langkah penanganan pandemi yang efektif cenderung memiliki mata uang yang lebih stabil dibandingkan dengan negara yang lebih terpukul oleh krisis. Banyak pemerintah dan bank sentral mengambil langkah-langkah intervensi langsung di pasar valuta asing untuk menstabilkan mata uang mereka. Ini termasuk intervensi langsung di pasar valas, serta langkah-langkah moneter dan fiskal yang bertujuan mendukung perekonomian.

Negara-negara berkembang menghadapi tantangan tambahan, seperti ketergantungan pada aliran modal asing dan hutang dalam mata uang asing. Volatilitas di pasar valas dapat menyebabkan masalah serius bagi stabilitas ekonomi mereka, dengan dampak pada kemampuan mereka untuk membayar hutang dan mengelola perekonomian. Pasar valuta asing di era COVID-19 mencerminkan dinamika yang kompleks dan cepat berubah, dengan banyak faktor yang berinteraksi untuk membentuk kondisi pasar. Adaptasi cepat, analisis yang cermat, dan pemahaman mendalam tentang faktor-faktor global menjadi kunci bagi para pelaku pasar dalam navigasi di lingkungan yang tidak pasti ini.

pandemi COVID-19 memiliki dampak yang relatif moderat terhadap pasar valuta asing (valas) dan, akibatnya, terhadap imbal hasil mata uang serta metrik risiko portofolio. Hal ini terjadi meskipun dampak negatif terhadap kegiatan perekonomian diperkirakan akan lebih buruk dibandingkan saat krisis keuangan global (GFC). Penjelasan singkatnya adalah bahwa para pelaku pasar bertaruh pada stimulus fiskal (pengangguran dan tunjangan pajak) dan moneter (jalur kredit, program pembelian aset, dan suku bunga negatif) yang lebih lanjut untuk memitigasi dampak COVID-19 terhadap perekonomian riil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun