Berbeda dengan Indonesia yang baru saja menggelar sidang tahunan MPR RI menyambut hari kemerdekaan yang ke-76 yang jatuh pada esok hari, Malaysia hari ini kembali harus dihadapkan polemik politik yang tak berkesudahan.
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin beserta kabinetnya dikonfirmasi Istana Kerajaan Malaysia telah mengundurkan diri akibat kemelut politik serta kalahnya dukungan Muhyiddin di parlemen Malaysia.Â
Muhyiddin hanya menjabat selama 17 bulan dan ditasbihkan sebagai Perdana Menteri paling singkat menjabat dalam sejarah Malaysia.
Pengunduran diri Muhyiddin beserta kabinetnya ini sebenarnya sudah dari minggu lalu tersiar di kalangan politisi dan masyarakat Malaysia, namun baru 16 Agustus 2021 ini dikonfirmasi oleh pihak Kerajaan Malaysia secara resmi karena Muhyidddin Yassin telah mengirimkan surat pengunduran diri resmi kepada Raja Abdullah
Penyebab Mundurnya PM Malaysia Muhyiddin Yassin
Sejak awal Muhyiddin ditunjuk sebagai Perdana Menteri Malaysia menggantikan Mahathir Mohammad yang tiba-tiba juga mengundurkan diri dari jabatan Perdana Menteri.
Banyak pihak saat itu yang memproyeksikan bahwa pemerintahannya akan menemui banyak halangan dan rintangan karena kemelut politik di Malaysia serta dominasi suara parlemen yang sangat tipis dibandingkan oposisi.
Muhyiddin kehilangan suara mayoritas parlemen karena mayoritas suara ada di pihak oposisi pemerintahan saat ini, setelah sebagian pendukungnya menyeberang ke pihak oposisi.
Muhyiddin hanya dapat mengamankan 100 suara dari 111 suara minimal untuk mendapatkan mayoritas suara parlemen.
Hal ini juga diperparah karena rendahnya dukungan masyarakat dan politisi lainnya yang melihat kepemimpinan Muhyiddin tidak efektif dalam menahkodai Malaysia di masa pandemi dengan dampak di multi dimensi baik dari kesehatan, ekonomi, politik dan sosial.
Kenaikan kasus positif Covid-19 di Malaysia diketahui meningkat tajam beberapa waktu belakangan ini, dikarenakan serbuan varian delta serta masalah vaksinasi dan penanganan pandemi yang tidak optimal oleh Muhyiddin dan kabinetnya.
Muhyiddin juga dikecam publik Malaysia karena kerap mengeluarkan kebijakan pembatasan serta aturan terkait lainnya secara sepihak tanpa merundingkannya dengan berbagai stakeholders terutama Raja Malaysia yang memiliki kuasa kuat dalm konstitusi Malaysia.
Bahkan Muhyiddin pernah secara terang-terangan berbeda jalan dengan instruksi dan titah Raja Malaysia, sehingga membuat Raja mengecam dan beberapa kali memberikan teguran Muhyiddin dalam pidato resminya.
Penunjukan Perdana Menteri Selanjutnya
Episode kemelut politik Malaysia tampaknya tidak akan langsung selesai. Karena setelah pengunduran diri Mahyuddin, maka diperlukan sosok Perdana Menteri baru untuk mengisi jabatan yang kosong tersebut.
Pemilu tampaknya tidak menjadi opsi yang memungkinkan apalagi di tengah menanjaknya jumlah kasus positif Covid-19 di Malaysia.
Di samping itu, parlemen sendiri terpecah belah dan tidak ada pihak yang mengklaim menjadi mayoritas mutlak memegang kendali kekuasaan di pemerintahan.
Keputusan akhir akan menunggu keputusan Raja Malaysia saat ini, Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah yang diberikan kuasa oleh konstitusi Malaysia untuk menunjuk salah satu anggota parlemen saat ini untuk menduduki kursi Perdana Menteri.
Penunjukan orang yang tepat dan dapat diterima oleh mayoritas parlemen juga menjadi sebuah tantangan sendiri di tengah perebutan kepentingan dan kuasa di dalam parlemen termasuk koalisi Pakatan Harapan dan UMNO.
Dilansir dari Kompas.com (16/08/21) kandidat kuat yang mengemuka sebagai pilihan Raja untuk menjabat Perdana Menteri selanjutnya di antaranya wakil perdana menteri Ismail Sabri Yaakob, dan anggota parlemen veteran Tengku Razaleigh Hamzah. Kedua kandidat ini sama-sam berasal dari UMNO, partai terbesar dan tertua di Malaysia.
Kita doakan yang terbaik untuk Negeri Jiran agar dapat segera mendapatkan sosok Perdana Menteri yang amanah dan dicintai rakyatnya.
Amin