Idulfitri identik dengan momen kumpul-kumpul dan saling silaturahmi antar anggota keluarga, tetangga, bahkan kolega.
Meski tidak ada riwayat khusus dalam Islam bahwa Idulfitri menjadi momen untuk saling mengikhlaskan kesalahan satu sama lain, namun tradisi ini berkembang pesat di Indonesia mungkin karena pada hari tersebut kita dapat berkumpul bersama dengan orang-orang yang dekat interaksinya dengan kita, sehingga dimanfaatkan untuk saling bermaaf-maafan.
Namun, bagaimana jadinya jika kita tidak dapat bertemu langsung secara tatap muka dengan orang-orang terdekat kita? Seperti dua tahun terakhir ini, di mana kita dihadapkan dengan pandemi yang membatasi ruang gerak kita untuk saling bertatap muka dan bercerita bersama.
Tampaknya perkembangan teknologi dan komunikasi sedikit banyak dapat mengatasi jarak dan  waktu yang memisahkan kita serta sedikit mengobati rindu kita dengan mereka yang dekat dengan hati kita. Ya seperti halalbihalal dengan metode virtual melalui berbagai aplikasi yang tersedia di pasaran.
Reuni Sekaligus Halalbihalal Virtual dengan Teman-teman Semasa SMA
Tahun ini terasa cukup spesial karena rekan kami yang bekerja sekaligus belajar di Negeri Samurai pun ikut bergabung. Dialah Muhammad Febry, seorang kandidat doktoral di dunia metalurgi pertama di kelas kami. Sudah lama sepertinya kami tidak mengobrol bersama yang bersangkutan.
Yang hadir lainnya tentu rekan-rekan saya yang sudah sukses dan ahli di bidangnya masing-masing ada Debby Seftyarizki yang kami ketahui sebagai traveler penjelajah Negeri Ginseng sejati sekaligus akademisi di Universitas Bengkulu. Ada juga Sabrina Cahya Kirana yang merupakan seorang profesional yang berkecimpung di dunia kefarmasian, Betharia Apriana Simanjuntak dan Ria Aprinda yang sebelumnya lama di dunia perbankan, namun akhirnya memutuskan menjadi abdi negara. Tak lupa juga ada Handhayu Kusumowinahyu yang moncer kariernya di dunia pemeringkat per-cuanan di bursa efek.
Masih banyak yang lainnya, ada lagi Anjas Jati Kesuma yang di usia mudanya telah menjadi direktur di salah satu perusahaan afiliasi salah satu BUMN terkenal di Indonesia, lalu ada Mellynda Adelia yang pernah menjadi manager di sebuah jaringan distribusi kebutuhan farmasi dan produk kesehatan, ada juga Yolla Prisiskalya yang melanjutkan studinya di program master di salah satu universitas di Italia, Redho Furwayasari yang menjadi seorang abdi negara juga yang berpindah domisili ke Ibukota dan Rahayu Lestari yang banyak makan asam garam di dunia perasuransian dan akhirnya mendedikasikan waktunya untuk pekerjaan terberat dan termulai yaitu sebagai Ibu pendidik penuh waktu untuk anak-anaknya.
Di samping itu ada Nurinda Anggraini yang mendedikasikan hidupnya untuk dunia kesehatan sekaligus mendidik buah hatinya di rumah. Terakhir yang hadir adalah Pardomuan Raja Harahap seorang professional di bidang IT di salah satu BUMN ternama juga di Indonesia.
Total setidaknya ada 15 rekan SMA saya yang hadir dalam halalbihalal sekaligus reuni virtual ini. Masih ada 15 rekan saya lainnya yang berhalangan hadir karena sesuatu dan lain hal.