Ini adalah Ramadan kedua kita di tengah masa pandemi. Praktis banyak hal yang sudah kita alami dan pelajari.
Ada yang pernah dinyatakan positif Covid-19 sekarang telah sembuh dna pulih kembali. Ada juga yang terpaksa harus meregang nyawa karena komplikasi akibat virus Covid-19.
Ada yang sukses bertahan menjaga protokol kesehatan hingga terjaga imun dan imannya,. Ada juga yang mungkin sudah tidak peduli, mbalelo dengan protokol kesehatan, toh dia pikir tetap baik-baik saja.
Lebih "mengesankan" adalah ada yang akhirnya belajar bahwa mengabaikan protokol kesehatan berisiko besar terpapar virus yang mematikan, dan mereka pun merasakan kehadiran dan kekejaman Covid-19 bukan hanya sekadar isapan jempol semata.
Lalu apa saja yang sudah kita pelajari setelah lebih satu tahun dan hampir dua Ramadan kita alami?
Pertama, Abai Pada Protokol Kesahatan = Potensi Besar Tertular
Bayangkan saja para tenaga kesehatan ataupun orang-orang yang sudah bersusah payah menerapkan protokol kesehatan akhirnya masih juga dapat berujung pada kamar isolasi Covid-19.
Hal ini nyata dan fakta bahkan tetangga dan karib kerabat sendiri menjadi contohnya. Saya tahu persis mereka dengan sekuat tenaga menerapkan protokol kesehatan di berbagai kesempatan dan kondisi, namun masih juga terpapar virus ini.
Yang membuat saya cukup kaget sekarang sudah banyak juga masjid-masjid dan tempat peribadatan yang sudah mulai melonggarakan protokol kesehatan bahkan cuek terhadap mereka yang tidak memakai masker ataupun menjaga jarak, bahkan di beberapa kesempatan saya temui mereka dengan santainya bersenda gurau tanpa jarak dan tanpa masker sambal mengisap rokok di dekat tempat tempat peribadatan. Seolah virus hanyalah bagian lelucon tongkrongan mereka.