Joe Biden nampaknya tidak ingin berlama-lama untuk menghapus dan menganulir warisan kebijakan Trump yang dinilai rasis dan merugikan kepentingan Amerika Serikat dan dunia.
Setidaknya ada 17 executive orders yang ditandatangani dan berlaku efektif pada hari pertama Biden menjabat (20/01/21) sebagai Presiden Negeri Paman Sam tersebut.
Beberapa yang paling mencolok dari kebijakan baru Biden tersebut adalah sebagai berikut:
Biden resmi mencabut larangan bagi warga negara lain yang ingin datang ke Amerika Serikat khususnya dari 7 negara mayoritas muslim yaitu Iran, Irak, Libya, Somalia, Suriah, Yaman dan Sudan.
Sejak dikeluarkan larangan ini banyak pihak yang menilai bahwa larangan ini terkesan rasis dan berdasarkan sentimen pribadi Trump terhadap beberapa negara muslim, meski dia sendiri berkilah terkait potensi bahaya dan masalah keamanan.
Selain itu juga Biden mencabut kebijakan pembangunan dinding pemisah di perbatasa Amerika Serikat khususnya di Meksiko yang menelan biaya miliaran dolar, bahkan Biden juga mencabut kebijakan Trum yang dengan semena-mena memisahkan orangtua dan anaknya karena alasan izin tinggal dan lain sebagainya. Dia juga sering tendensius untuk mengusir para imigran dari perbatasan Meksiko dan Amerika Serikat serta seluruh warga latin lainnya.
Banyak pihak juga memprotes kebijakan rasis Trump ini karena ini tentu tidak sejalan dengan fundamental Amerika Serikat yaitu American Dream yang merupakan negeri para imigran dan dibangun juga oleh para imigran yang harus lari dari negaranya karena konflik, ketiadaan pekerjaan, dan lain sebagainya.
Biden resmi mengetatkan aturan tentang pemakaian masker dengan 100 days mask challenge termasuk juga himbauan untuk menjaga jarak dan mencuci tangan di seluruh lembaga pemerintahan federal Amerika Serikat yang sebelumnya tidak dianggap serius oleh Trump sehingga menghasilkan jutaan korban jiwa dan penanganan Covid-19 yang kacau balau.
Biden juga secara mengejutkan berbagai pihak dengan meminta dr. Anthony S. Fauci, tokoh terdepan dalam peperangan dengan Covid-19 di Amerika Serikat untuk memimpin para pemangku kepentingan Amerika Serikat untuk kembali bergabung dengan Lembaga Kesehatan Dunia, WHO, setelah sebelumnya Trump dengan sembrono menuduh WHO berpihak terhadap Tiongkok dan tidak kredibel dalam penanganan Covid-19.