Sebuah kejadian menegangkan sekaligus memalukan terjadi di Amerika Serikat pada sore hari, Rabu, 6 Januari 2020 waktu setempat.
Ribuan pendukung Trump yang tidak terima akan kekalahan Trump pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun ini melakukan protes dan merangsek masuk Gedung Capitol dengan agenda untuk menggagalkan pengesahan hasil electoral votes oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Senat Amerika Serikat (AS) untuk kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris atas Donald Trump dan Mike Pence.
Petugas keamanan Gedung Capitol dibuat kewalahan dengan perlakuan anarkistis yang dilakukan pendukung fanatik Trump ini sehingga para pendukung tersebut berhasil memasuki gedung serta memasuki sejumlah ruangan di gedung tersebut.Â
Lebih jauh, hampir seluruh pendukung Trump tersebut tidak mengenakan masker dan mengabaikan protokol kesehatan di tengah kasus positif Covid-19 yang semakin meningkat di Amerika Serikat.
Para anggota DPR dan senat AS pun yang akan melakukan rapat pengesahan dievakuasi ke tempat aman dan diminta untuk mengenakan penutup anti gas air mata. Sejauh ini dilaporkan satu orang perempuan meninggal setelah tertembak oleh salah satu senjata petugas keamanan.
Reaksi Berbagai Pihak
Biden mengecam keras para pendukung Trump yang menyerang Gedung Capitol ini, dia meminta agar semua pihak membiarkan proses demokrasi berjalan semestinya bahkan dia mengatakan bahwa ini bukan protes, namun pemberontakan. Biden juga meminta Trump untuk segera bereaksi atas kejadian ini.
Trump pun akhirnya bercuit melalui Twitter meminta para pendukungnya untuk melakukan protes secara damai dan pulang, namun alih-alih menenangkan dan mengakui kekalahan dia tetap saja bernarasi bahwa terjadi kecurangan dan tidak mengakui hasil pemilu kali ini.Â
Sungguh ironi karena pengakuannya ini justru semakin memantik pendukungnya yang fanatik untuk berbuat lebih anarkistis. Unggahan Trump di Twitter ditandai sebagai cuitan yang berpotensi menimbulkan kekerasan.