"Minimnya keterbukaan dan partisipasi publik membuat draft RUU Cipta Kerja rawan disusupi oleh kepentingan tertentu yang hanya menguntungkan segelintir pihak saja.", ungkap Once.
Dari uraian tadi mungkin ada yang terlewat bagi kita apakah sadar bahwa yang duduk di senayan serta istana negara adalah buah proses pemilihan umum selama ini. Mungkin banyak dari kita yang memilihi mereka yang berhasil melenggang ke senayan ataupun istana ternyata ya pilihan kita juga.
Dari pengesahan UU Cipta Kerja ini kita semakin belajar bahwa pilihan kita di senayan dan istana benar-benar dapat memiliki dampak besar bagi arah dan perkembangan bangsa.
Sekarang mungkin banyak yang menyesal pernah memilih para calon legislatif dan eksekutif yang duduk di senayan dan istana negara. Berbagai pertanyaan seperti mengapa mereka bertindak seperti mementingkan golongannya saja? Mengapa mereka menutup mata pada masa depan rakyat dan bangsa? Mengapa mereka tergesa-gesa
Penyesalan memang datang belakangan, namun tidak ada kata terlambat untuk belajar.
Sementara di tahun 2024 mendatang kita kembali bergabung dalam euforia pesta demokrasi melalui pemilihan presiden dan wakil presiden serta para anggota legislatif yang akan berkantor di senayan
Pada waktu tersebut sudah saatnya kita "membalas dendam" untuk tidak kembali memilih para calon legislatif yang mendukung omnibus law UU Cipta kerja ini
Begitupun dalam cabang kekuasan eksekutif, apakah kita masih akan terjebak pada janji-janji di masa kampanye semata lalu merana ketika yang kita pilih berkuasa?