Trump dalam salah satu komentarnya menyerang balik Biden sebagai seorang yang memiliki nilai paling rendah di kelasnya atau dengan kata lain terkesan "bodoh".
Isu hangat lainnya yang dibahas dalam debat ini adalah terkait isu pembayaran pajak penghasilan oleh Trump.
Informasi ini terkait juga hasil investigasi New York Times yang memberitakan bahwa Trump tidak membayar pajak penghasilannya dalam 10 dari 15 tahun sejak 2000. Lebih parahnya adalah ketika tahun pertama menuduki kursi kepresidenan diberitakan Trump hanya membayar USD750 atau sekitar 11 juta rupiah dalam pendapatan federal.
Ketika ditanyakan oleh moderator, Trump nampak berputar-putar dan membela diri bahwa dia telah membayar pajak jutaan dollar kepada Amerika.
Hal ini tentu dikomentari oleh Biden yang mempertanyakan validitas informasi yang disampaikan oleh Trump.
Selain hal-hal tersebut debat kali ini juga menyoroti tentang kebijakan ekonomi, harga obat-obatan di Amerika, dan isu-isu politik lainnya.
Melansir Reuters, Chris Wallace yang menjadi moderator nampak kesulitan mengendalikan debat karena kedua kandidat saling menginterupsi secara langsung dan terkesan tidak mengindahkan permintaan Chris untuk diam ataupun tidak berkomentar sebelum diizinkan oleh Moderator.
Banyak pihak juga yang menilai debat pertama ini terlalu "panas" sebagai debat pembuka dalam masa menuju pemilihan presiden November mendatang. Bahkan sebagian pihak membayangkan untuk debat selanjutnya akan semakin lebih "panas".
Banyaknya interupsi dan saling serang yang secara liar tanpa mematuhi himbauan moderator dinilai juga dapat mengurangi nilai serta pemikiran serta ide-ide yang disamaikan oleh masing-masing kandidat karena berfokus pada polemik dan cara pandanga semata.
Mereka juga mengharapkan untuk debat selanjutnya akan lebih bernas dengan metode serang yang lebih elegan dan teratur. Mereka juga berharap moderator selanjutnya dapat menguasai jalan debat agar kedua kandidat lebih teratur menyampaikan ide dan gagasannya.