Selan itu juga, nilai plus lainnya adalah program ini minim pendanaan dari APBD DKI Jakarta. Karena, banyak sumber pendanaan yang berasal dari sponsorship serta peran serta masyarakat.
Di sisi lain, Anies nampaknya memikirkan kerjasama antar-elemen yang membantu terwujudnya program pengolahan daging kurban.Â
Karena, dengan adanya program ini berbagai macam elemen organisasi dan masyarakat umum dapat berkolaborasi dengan semangat yang sama yaitu untuk berbagi.Â
Hal ini pada akhirnya akan membuat silaturahmi serta keterikatan antar pemangku kepentingan akan semakin erat terjalin dalam misi-misi sosial kemanusiaan lainnya.
Kolaborasi seperti tadi sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi Anies yang merupakan pendiri dan penggagas Indonesia Mengajar, sebuah gerakan sekaligus organisasi yang merekrut, melatih, mengelola dan mengirim para generasi muda terpilih Indonesia yang merupakan lulusan-lulusan terbaik kampus terkemuka di Indonesia bahkan dunia untuk menjadi pengajar berkualitas di seluruh wilayah terpencil di Indonesia sejak 2009.
Untuk inovasi pengolahan daging kurban ini di DKI Jakarta patut kita berikan kredit tersendiri bagi Anies dan jajarannya. Mereka telah mampu memberikan inspirasi dan terobosan bagi pengolahan daging kurban kali secara efektif dan efisien serta memberi dampak bagi masyarakat.Â
Semoga inovasi ini akan terus meningkat di tahun mendatang dengan dampak yang lebih besar serta dukungan yang lebih luas dan semoga juga banyak daerah-daerah lain yang dapat mencontoh DKI Jakarta dalam pengelolaan kurbannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H