Kekerasan seksual terhadap anak dewasa ini memunculkan pemikiran perlunya pendidikan seks ditanamkan sejak usia dini. Banyak ahli menilai bahwa pendidikan seks yang baik dan benar, sedikitnya dapat mengatasi atau mengurangi kejahatan seks terhadap anak, karena anak sudah memiliki bekal untuk menghadapinya.
Akan tetapi, tuntutan akan pendidikan seks usia dini ini berbenturan dengan kebingungan sebagian kalangan orangtua tentang bagaimana menerapkan pendidikan seks yang tepat itu kepada anaknya. Terlebih lagi, norma dan kebiasaan yang berlaku masih menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu. Hal ini dapat mengganggu proses penyampaian.
Agar penyampaian pendidikan seks dapat berjalan dengan baik, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah perubahan pola pikir, khususnya para orangtua. Seks tidak lagi dianggap sebagai tabu. Dengan perubahan ini, orangtua akan lebih nyaman menyampaikan segala sesuatu terkait dengan seks, dengan kata yang sederhana dan mudah dipahami anak.
Pendidikan seks untuk anak-anak mempunyai 2 fungsi, yaitu internal dan eksternal. Fungsi internal bertujuan membangun kesadaran anak akan tubuhnya. Pemahaman akan tubuh di sini tidak hanya sebatas organ seksualitas saja, melainkan tubuh secara keseluruhan. Anak diajak untuk menjaga, menghargai dan menghormati tubuh mereka sendiri, sebelum menuntut orang lain menghargainya.
Terkait dengan fungsi internal ini, ada 3 hal yang perlu diperhatikan untuk disampaikan kepada anak:
- Tidak Merusak Tubuh
Orangtua perlu mengatakan kepada anak bahwa tubuh merupakan anugerah Tuhan. Orangtua bisa membuat perbandingan dengan hadiah orangtua kepada anak. Tanyakan kepada anak, apa perasaan orangtua jika hadiahnya dirusaki oleh anak? Pastilah jawabannya kecewa. Nah, demikian pula Tuhan akan kecewa jika kita merusak tubuh kita.
Hal-hal yang dapat merusak tubuh adalah seperti merokok, narkoba, implan, dll. Orangtua perlu menjelaskan bahaya-bahaya merokok, narkoba, implan bagi tubuhnya. Dengan penjelasan ini, akan terbangun kesadaran anak untuk menjaga tubuhnya sendiri.
- Tidak Mencemarkan Tubuh
Di sini orangtua perlu kembali menjelaskan soal tubuh sebagai anugerah Tuhan. Harus dijelaskan siapa “pemilik” tubuh sebenarnya. Hal ini bertujuan supaya anak tidak mudah memberikan tubuhnya kepada orang lain.
Hal-hal yang dapat dikategorikan mencemarkan tubuh adalah seperti foto-foto telanjang, narsisme dan eksibisionisme. Jadi, kepada anak perlu juga dijelaskan soal pornografi yang ada di media sosial. Dengan penjelasan ini akan terbangun kesadaran anak untuk tidak “telanjang di depan kamera”.
- Merawat Tubuh
Di sini lebih pada soal kesehatan organ seks. Kepada anak dijelaskan bahwa yang pertama sekali bertanggung jawab atas tubuhnya adalah dirinya sendiri. Hal ini berkaitan juga dengan urusan organ seksnya seperti vagina dan payudara untuk anak putri, dan penis untuk anak putra. Kepada anak harus dijelaskan kaitan antara kebersihan dan kesehatan. Ini bisa menggunakan juga perbandingan kiasan lainnya. Intinya, anak diajak untuk paham dan mau menjaga kebersihan organ seksnya.
Selain fungsi internal, pendidikan seks untuk anak-anak juga memiliki fungsi eksternal yang bertujuan agar anak dapat mengantisipasi pengaruh luar. Sebenarnya, beberapa fungsi internal di atas, jika benar-benar ditanamkan dengan baik, dapat juga membentu anak menghadapi pengaruh negatif dari luar. Terkait dengan fungsi eksternal ini, ada beberapa hal yang pelu diperhatikan.
- Siapa yang boleh sentuh tubuh anak