Mohon tunggu...
Adrian Susanto
Adrian Susanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - aku menulis, aku ada

pekerjaan swasta

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Memprihatinkan, Banyak Sampah di Geosite Sipinsur

23 Januari 2020   14:26 Diperbarui: 23 Januari 2020   14:28 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Tanggal 21 Januari 2020 saya berkesempatan mengunjungi obyek wisata geosite Sipinsur, yang pada bulan Juli 2019 lalu diresmikan oleh Presiden Jokowi. Geosite Sipinsur dapat ditempuh sekitar 1 jam dari Balige. Lebih dekat lagi dari bandara Silangit. Obyek wisata ini sangat menarik. Selain dapat menikmati sejuknya udara pegunungan, mata kita disuguhkan juga oleh keindahan alam danau Toba.

Akan tetapi, keindahan wisata alam ini dirusak oleh bertebarannya sampah, baik itu plastik maupun kertas di seputaran daerah wisata, khususnya di daerah tepi. Memang pihak pengelola sudah menyediakan tempat sampah, namun kesadaran pengunjung masih sangat rendah.

Selain soal sampah, akses menuju geosite Sipinsur juga masih terbilang buruk. Jalannya sempit dan banyak lobang. Hal ini sangat disayangkan mengingat Presiden Jokowi sudah mempromosikannya. Dapat dikatakan bahwa geosite ini sudah dikenal dunia. Tentulah kita malu bila turis-turis manca negara, yang datang ke sana, disuguhkan jalan sempit dan berlobang serta sampah.

Maka dari itu, sangatlah bijak bila pemerintah daerah memperhatikan obyek wisata ini, selain obyek wisata lainnya. Ini bisa menjadi pendapatan daerah. Apa saja yang harus diperhatikan?

  1. Jalan. Karena sudah menjadi obyek wisata, bahkan internasional, maka sudah sepatutnya jalan menuju geosite ini sedikit diperlebar dan diperhalus.
  2. Sampah. Masalah sampah memang membutuhkan kesadaran dari para pengunjung. Tidak selamanya kesadaran itu timbul dengan sendirinya. Kesadaran bisa muncul jika ada paksaan. Contohnya, orang Indonesia ketika tiba di Singapura. Karena dipaksa oleh aturan denda, mereka bisa menjaga kebersihan selama berada di Singapura; tapi sepulang dari sana maka kembali ke pola lama. Karena itu, menyelesaikan persoalan sampah ini dapat ditempuh dengan cara: Aturan denda. Ketika memasuki kompleks geosite, pengunjung harus diingatkan bahwa siapa yang membuang sampah sembarangan akan didenda. Langsung tetapkan nominalnya. Denda ini bisa juga menjadi PAD. Aturan ini dapat disampaikan secara langsung oleh petugas ketiga pengunjung tiba di lokasi, lewat rekaman suara dan juga lewat tulisan. Kamera CCTV. Untuk memantau dan terlaksananya aturan di atas, maka di beberapa tempat dipasang kamera pengintai. Tentu harus ada petugas yang selalu stand by memantau pergerakkan pengunjung. Petugas satpam. Selain kamera pengintai, pihak pengembang dapat juga mempekerjakan orang sebagai satpam. Orang ini akan selalu berkeliling untuk menjaga agar pengunjung tidak membuang sampah sembarangan. Dia juga yang akan menerima laporan dari petugas pengintai tentang orang yang tertangkap kamera CCTV membuang sampah sembarangan, dan langsung menindak-lanjuti.
  3. Informasi. Wisata geosite Sipinsur sebenarnya tidak hanya sebatas memuaskan perasaan pengunjung saja, melainkan juga akal budinya. Wisata ini termasuk dalam kategori wisata pengetahuan. Oleh karena itu, informasi terkait dengan geosite ini harus bisa diperbanyak.
  4. Fasilitas bermain. Dapat dikatakan sarana bermain yang ada belum memadai. Masih perlu ditambah lagi. Misalnya dengan mengadakan arena seluncur dari pohon ke pohon, canopy antar pohon, dll.

DEMIKIANLAH beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan demi pengembangan obyek wisata geosite Sipinsur. Saya yakin, jika semua hal ini diperhatikan, bukan tidak mungkin geosite ini akan semakin terkenal dan semakin banyak pengunjung. Tentulah hal ini berdampak pada pendapatan daerah.

Selain hal-hal di atas, perlu juga diperhatikan oleh pihak Pemda sarana bus sekolah bagi anak-anak sekolah. Waktu itu, saya pulang dari lokasi geosite Sipinsur, beberapa kali kami bertemu dengan segerombolan anak sekolah. Mereka jalan berkelompok di tepi jalan. Jalan sudah sempit ditambah lagi anak-anak sekolah, membuat jalur ini sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa anak-anak. Beberapa kali kami berpapasan dengan mobil dengan kecepatan tinggi. Hal ini tidak menjadi masalah jika mereka disediakan bus sekolah yang selalu siap antar -- jemput.

Balige, 22 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun