Sekitar 22 Oktober lalu saya membeli 2 buah mp3 music jepit mp3 player berkualitas dengan total harganya Rp. 27.000,- (duapuluh tujuh ribu rupiah). Untuk mendapatkan barang ini, saya harus memenuhi kewajiban, yaitu menanggung biaya kirim & penanganan sebesar Rp. 117.000,- (seratus tujuhbelas ribu rupiah) dan biaya asuransi sebesar Rp. 576,- (limaratus tujuhpuluh enam rupiah).
Karena itu, pada hari itu juga saya mentransfer ke rekening Buka Lapak sebesar Rp. 144.576,- (seratus empatpuluh empat ribu limaratus tujuhpuluh enam rupiah). Jadi, saya sudah memenuhi kewajiban saya sebagai pembeli, sehingga saya pantas juga menerima hak saya.
Ketika saya mengkonfirmasi pembayaran, saya mendapat verifikasi pembayaran dengan info bahwa saya akan menerima barang pada 25 Oktober. Dalam keterangan, tiap item barang pesanan berisi 1 alat mp3 player, 1 earphone dan 1 kabel USB dalam satu kotak. Jadi, hak saya adalah menerima barang pada tanggal 25 Oktober dengan barang 2 alat mp3, 2 earphone dan 2 kabel USB.
Hari Senin, 28 Oktober, ketika dalam perjalanan ke Tanjung Pinang dari Jagoh, saya menerima telepon dari pihak pengantar barang, yang mencari alamat tempat tinggal saya. Intinya, barang tiba saat saya tidak ada di tempat, dan itu sudah melampaui ekspektasinya.
Tanggal 30 Oktober saya pulang dan malamnya baru buka isi paket. Dan ternyata yang saya dapat adalah: 2 alat mp3, 1 earphone dan 2 kabel USB. Artinya, ada yang tidak lengkap. Dengan kata lain, hak saya sebagai pembeli belum terpenuhi.
Malam itu juga saya langsung mencoba mengajukan komplain ke Buka Lapak, dan kebetulan ada juga fasilitas itu. Kepada saya diberikan beberapa tawaran solusi mengatasi persoalan, dan saya memilih: penambahan barang. Hingga saat ini hak saya tidak dipenuhi. Malah pihak Buka Lapak, dalam hal ini Pelapaknya, memberikan solusi, yang bagi saya sangat tidak masuk akal, bahkan terkesan licik.
Pertama, barang akan dikirim bersamaan dengan next order. Ini sungguh licik. Saya berpikir, jangan-jangan ini merupakan strategi bisnis Buka Lapak untuk mengikat konsumen agar terus belanja di Buka Lapak. Secara tidak langsung Buka Lapak hendak memaksa orang untuk belanja terus di Buka Lapak. Bukan tidak mungkin, dalam next order juga ada barang yang tidak lengkap, yang akan dilengkapi pada next order. Begitulah seterusnya.
Kedua, barang yang tidak lengkap akan dikirim secara manual, tapi biaya pengiriman dibebankan kepada pembeli. Saya sudah memenuhi kewajiban saya, maka giliran Buka Lapak yang melaksanakan kewajibannya. Kesalahan ada pada pihak Buka Lapak, karena itu harus menjadi tanggung jawabnya, bukan saya.
Di sini saya hanya mau menuntut tanggung jawab dari Buka Lapak atas kesalahan yang dilakukannya. Dari pada dibebani biaya kirim, lebih baik saya beli sendiri alat itu, yang mungkin harganya lebih murah daripada biaya kirimnya. Kesalahan pada pihak Buka Lapak, kenapa dibebankan kepada pembeli?
Ketiga, barang dikembalikan dengan ongkos kirim ditanggung pembeli. Di sini pihak Buka Lapak tidak konsisten. Seharusnya sejak awal sudah dibuat solusinya: return, dan tidak memberi peluang solusi: penambahan barang. Dan lagi-lagi, kerugian ditanggung oleh pembeli atas kesalahan pihak Buka Lapak. Enak benar! Kebijakan Buka Lapak ini sungguh merugikan pembeli.
Dari tiga poin inilah, saya menyimpulkan bahwa Buka Lapak mengecewakan dan tidak bertanggung jawab. Saya sebagai konsumen sungguh dirugikan. Karena itu, ini menjadi pengalaman terakhir saya untuk belanja di Buka Lapak. Semoga pengalaman ini tidak terjadi pada konsumen lain.