Mohon tunggu...
Aleydis Daniestya Pribadi
Aleydis Daniestya Pribadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Prodi Akuntansi S-1 Universitas Pamulang

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Agoraphobia

7 Juli 2021   16:42 Diperbarui: 7 Juli 2021   16:46 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa itu Agoraphobia? Agoraphobia atau Agorafobia merupakan salah satu jenis gangguan kecemasan dimana penderita merasakan perasaan ketakutan dan khawatir di tempat umum. Orang yang menderita Agorafobia ini cenderung membatasi gerakannya hanya sebatas tempat yang dirasa aman, seperti rumah. Jadi, ketika penderita merasa bahwa mereka sedang berada di tempat yang asing mereka akan menunjukkan gejala gangguan kecemasan seperti mual, muntah, keringat dingin, jantung berdebar-debar, dan lain sebagainya.

Penderita fobia ini akan sangat kesulitan dalam menjalani kegiatannya seperti :

  1. Sekolah/Kuliah, dimana penderita akan kesulitan saat memulai presentasi atau kerja kelompok yang mengharuskan berkumpul di luar rumah.
  2. Bekerja, sebelum diterima bekerja pasti akan ada yang namanya tahap wawancara dan saat kita bekerja pasti akan sering bertemu orang baru serta tempat baru.
  3. Berpergian.
  4. Bersosialisasi.

Mengapa bisa timbul fobia tersebut? Belum diketahui pasti apa penyebab timbulnya Agorafobia, tetapi saya pribadi sebagai penderita Agorafobia, fobia ini muncul akibat kenangan masa kecil yang buruk. Saya menderita salah satu gangguan kecemasan ini awalnya beranggapan bahwa ini hanya efek dari asam lambung dimana setiap saya ingin beraktivitas saya selalu merasakan rasa mual, namun setelah dewasa saya merasa ini tidaklah wajar, karena semakin lama rasa mual yang saya rasakan selalu timbul bahkan hanya untuk sekedar keluar rumah. Maka dari itu saya konsultasi ke psikiater agar mendapatkan penanganan.

Saya tidak tahu apakah penyakit ini bisa disembuhkan atau tidak, tetapi saya meyakinkan diri saya bahwa saya bisa sembuh dan bisa melakukan aktivitas kembali tanpa perasaan cemas yaitu dengan cara:

  • Selalu berpikir positif.
  • Rutin konsumsi obat sesuai anjuran dokter.
  • Rajin konsultasi ke psikiater.

Bagi para pejuang mental illness, ayo kita yakinkan diri bahwa kita bisa sembuh dan dapat beraktivitas kembali selayaknya orang normal pada umumnya.

Jika ada keterbatasan biaya untuk konsultasi ke psikiater, sekarang layanan pengobatan gangguan kejiwaan dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Oleh sebab itu, anda bisa mendapatkan perawatan medis terkait kejiwaan tanpa mengeluarkan biaya sama sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun