Mohon tunggu...
Farida Chandra
Farida Chandra Mohon Tunggu... -

praktisi, pemerhati hukum ketenagakerjaan budidaya ikan lele dan pisang kepok pelestari dan usaha batik tulis madura

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Perjalanan Ini Terasa Sangat Menyedihkan… (3–Tamat)

16 Desember 2014   19:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:11 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bangun pagi-pagi di Kota Palembang, yang teringat pasti empek2. Kami coba empek2 Beringin rekomendasi teman. Enak! Kalau banding soal rasa dengan empek2 produksi di Jawa, memang beda banget! Tapi kalau berani jual yang kapal selam hingga 30ribuan sebiji, ya…ada harga ada rasa, memang!

Wah! Setelah perjalanan beberapa hari, di Palembang inilah surganya makan, makan dan makan. Beli oleh-oleh kerupuk kemplang kualitas super untuk makan di jalan. Coba lagi makan Bakmi Aloy di Jalan Dempo, juga rekomendasi teman. Enak!

Tapi sekalinya salah beli martabak yang katanya sudah buka sejak puluhan tahun lalu. Ga enak, mahal pula! Saya cerita ke temen, katanya “gua ‘kan ga rekomen martabak itu?” Hadeh, salah sendiri kalap ya…haha…

Keliling kota sebentar. Foto di Jembatan Ampera, lalu jalan kaki ke Benteng Kuto Besak. Ya…kotanya lumayan lebih ramai daripada Bandar Lampung. Sayangnya ga nemu ‘angle’ untuk foto. Ketutup baliho-baliho super besar termasuk di air mancur tengah kota yang sebetulnya cukup indah di waktu malam.

Lanjut perjalanan ke Jambi. Pemandangan cukup unik, banyak deretan rumah panggung yang khas. Ambil rute BetungSungaililinBayunglincir. Holaaa…jalanan di KM 204 Palembang-Jambi rusak parah!

Dan lebih parah lagi, tes kesabaran di belakang truk-truk yang jalannya kayak keong. 20KM/jam. Nyadar berangkat salah waktu. Harusnya berangkat lebih pagi, volume kendaraan lebih sepi. Ya, sudahlah…makan krupuk kemplang kriuk2 pedes supaya ga galau.

Sampai Jambi, saya sempatkan ketemu teman lama yang selama ini hanya kontak via telpon atau facebook. Ditraktir Kuetiauw Mentari khas Jambi (depan Tugu Pers), maknyuss!!

Keesokan harinya kami lewat Pasar Angso Duo. Kebetulan ada operasi pasar. Yang sering-sering ya supaya harga lebih stabil.

Lalu mampir ke Mesjid 1000 tiang “Al-Falah” Jambi. Ya nuansa putihnya syahdu, sejuk di hati. Tanpa pintu dan jendela, terasa sangat lapang.

Jalan antara Jambi – Riau relatif mulus. Ada beberapa perbaikan jalan tapi cenderung lancar. Cukup banyak pengemudi motor yang tidak taat lalin. Seperti di Dusun Kemuning – Keritang, motor tanpa plat atau bonceng tiga atau tanpa helm. Lintas timur hanya ada 1 jalan dan jalan ini juga untuk truk atau bus antar kota antar pulau. Resikonya nyawa koq jadi taruhan? Tidak nampak angkutan umum selain bus.

Masuk LincirPelalawan, jalanan kurang mulus. Pangkalan Kerinci, lebih rusak lagi meski hanya beberapa meter saja. Ya perbaikan lebih cepat lebih baik. Nampaknya Jalintim ini standarnya hampir tidak ada lampu PJU. Atau kalaupun ada tiang listrik, kondisi tidak ada lampunya atau memang padam.

Akhirnya kami sampai dan menginap di Pekanbaru. Keesokan harinya kami ke Duri via RumbaiMinasKandis. Harus melihat beberapa kecelakaan lalin di jalan raya, kondisi jalan berdanau alias lubang2 besar. Ga rekomen mobil kecil LCGC lewat sini, bisa kandas!

Itulah negeriku. Siapa bilang, “orang bilang tanah kita tanah sorga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman?” Tidak ada yg otomatis. Semua harus diusahakan. Dibangun. Dirawat. Dilestarikan. Jika mau mengundang investor, bangunlah sarana prasarananya terlebih dahulu. Kalau setiap malam gelap gulita, tak akan pernah ada jalur bisnis yang maju. Tak ada jalur bisnis, tak ada serapan tenaga kerja. Banyak pengangguran, banyak kemiskinan, banyak kejahatan.

“mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa2…”

Tuhan Maha Pengampun, biarlah para tersangka koruptor kepala daerah di wilayah Palembang dan Riau yang saat ini ditangani KPK itu mengembalikan seluruh harta hasil korupsinya untuk biaya pembangunan di wilayah itu. Setuju?

Sumber sebelumnya :

http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2014/12/13/perjalanan-ini-terasa-sangat-menyedihkan-1-696805.html

http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2014/12/16/perjalanan-ini-terasa-sangat-menyedihkan-2-697181.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun