Mohon tunggu...
Farida Chandra
Farida Chandra Mohon Tunggu... -

praktisi, pemerhati hukum ketenagakerjaan budidaya ikan lele dan pisang kepok pelestari dan usaha batik tulis madura

Selanjutnya

Tutup

Politik

Golput 22 Tahun? Cukup Sudaaaahh!

4 Juni 2014   01:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:44 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada yang jadi golput lebih lama daripada saya? Ayo ngakuuu…hehe…

Saya melewatkan hak saya dalam 6x pemilu legislatif dan 2x pemilu presiden. Belum termasuk pilkada. Ya, milih ga milih, nasib mah sami mawon.

Di pemilu legislatif tahun 1999, teman kuliah saya pendiri salah satu parpol berkata, “hei kamu coblos nomer sekian ya! Jangan salah, karena ada 48 partai politik yang ikut.”

Hadeh…banyaknyaaa…

Nampaknya rakyat pada pinter politik nih meskipun ‘diperam’ puluhan tahun, dicukupkan hanya dengan 2 parpol dan 1 golkar.

Hasilnya, saat itu 35% suara untuk PDIP tapi Mbak Mega ga jadi presiden. Presidennya dari PKB, Gus Dur. Mbak Mega cukup jadi wapres saja. Lalu hanya setahunan, Mbak Mega menggantikan Gus Dur dan berpasangan dengan Hamzah Haz.

Pemilu berikutnya tahun 2004, suara Golkar yang terbanyak di pileg. Beringin memang tahan banting sekalipun sudah masuk jaman reformasi. Ada parpol gres, yaitu Demokrat dan PKS. Tapi dari Golkar juga Cuma jadi wapres. SBY-JK.

Bu Mega sempat ‘sengit-sengitan’ tuh sama SBY. SBY ‘kan menterinya Bu Mega? Sekarang, SBYyang sengit sama para menteri yang dukung JKW-JK tapi ga mau berhenti dari posisi menteri. Hmm…lumayan ‘kan masih gajian sampe presiden baru nanti dilantik?

Konon pemilu tahun 2004 adalah pemilu paling rumit karena UUD 1945 diamandemen sebanyak 14 pasal/ayat dan mulai pemilihan presiden secara langsung.

Pemilu berikutnya tahun 2009, ada 38 parpol peserta. Ada 16 parpol yang sudah ada di tahun 2004 dan ada 18 parpol baru. Golput-nya banyak!

Isu SARA tentang agama istri Boediono pun merebak. Tapi pilpres akhirnya dimenangkan oleh SBY-Boediono setelah sebelumnya, capres/cawapres JK-Wiranto dan Megawati-Prabowo mengajukan keberatan atas hasil rekaputulasi perolehan suara ke MK.

Semua pileg, pilpres, berlangsung relatif aman dan damai. Terima kasih, presidenku!

Kini rakyat sudah cukup dewasa dengan yang namanya demokrasi. Beda pilihan, beda pendapat, saling toleransi. Meski tidak “Luber” lagi. Pinter, jempolan deh!

Tinggal, problemnya di saya nih!

Pinjem istilah Prabowo, “Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kita, siapa lagi?”

Maka kali ini saya gunakan hak saya dengan sebaik-baiknya. Ga golput lagi.

Kalau saya berubah, saya yakin Indonesia juga berubah. Dunia juga berubah.

Kita yang memilih presiden, kalau salah pilih, jangan salahkan presidennya. Oce…

Yuukkk…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun