Mohon tunggu...
Farida Chandra
Farida Chandra Mohon Tunggu... -

praktisi, pemerhati hukum ketenagakerjaan budidaya ikan lele dan pisang kepok pelestari dan usaha batik tulis madura

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Batik Tulis Madura (1)

18 April 2015   21:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:56 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1429367602923140476

Batik, tentu tidak asing lagi bagi kita. Mari kita mengenal salah satu jenis batik yaitu Batik Tulis Madura. Konon tak kenal maka tak sayang.

Batik Tulis Madura merupakan golongan Batik Pesisiran (pesisir utara Pulau Jawa), yang berkembang dengan berbagai pengaruh budaya pada jamannya. Itu mengapa Batik Pesisiran seringkali disebut sebagai Batik Modern, hampir tanpa pakem alias ‘suka-suka’. Seringkali saya juga sulit menghafal nama-nama motif batiknya.

Motif Batik Tulis Madura menurut saya terbagi dalam 3 motif khas daerah setempat. Tanjungbumi (Bangkalan), Pamekasan dan Sumenep. Belum termasuk pewarnaan yang khas sehingga seringkali rancu (membingungkan). Motif khas Tanjungbumi khususnya motif ‘sarong’ umumnya merah bata dan putih atau biru dan tapi kadangkala ada dengan pewarnaan beraneka sehingga mirip corak Pamekasan.

Harap dimaklumi. Kadangkala memang terjadi transaksi antara pembatik yang tidak cukup trampil mewarna dan meng-‘outsource’kan pewarnaan di kampung batik lainnya. Memang untuk selembar kain Batik Tulis Madura, mulai dari membuat pola, membatik, mewarna hingga selesai jadi satu lembar kain siap jual dibutuhkan banyak orang terampil.

Di Desa Batik Tanjungbumi, saat ini pengrajin batik khas Gentongan semakin menurun. Ketika menyusuri sepanjang Pantai Telaga Biru dan Paseseh (beberapa meter dari bibir pantai utara Pulau Madura), saya hanya menemukan satu pengrajin Batik Gentongan, yang tentu, bersedia diwawancara dan fasih Bahasa Indonesia. Umumnya di sana masih kental aksen Bahasa Madura-nya yang saya sendiri kurang paham hehe…

Batik Gentongan harganya aduhai jutaan dan harus inden. Kita akan dihubungi pengrajin jika barang tersedia. Hal ini karena proses pembuatan Batik Gentongan dengan bahan pewarna alam membutuhkan waktu relatif lama. Bisa berbulan-bulan hingga setahun. Demikian halnya Batik “turunan” Gentongan yang motifnya relatif tidak rumit tetapi proses pewarnaan dengan perendaman mirip Gentongan tetapi lebih singkat, hanya beberapa minggu saja dapat dijual dengan harga relatif terjangkau.

Mengapa pengrajin Batik Gentongan semakin terkikis?

Alasan utamanya konon karena semakin banyak konsumen yang ingin beli Kain Batik Tulis Madura dengan harga lebih murah agar dapat kuantitas lebih banyak. Mengikuti selera pasar, pengrajin batik tentu akhirnya memilih yang ‘tunai keras’. Dengan perputaran uang tunai yang lebih cepat dengan skala industri tentunya keuntungan juga lebih banyak dan dapat lebih memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Pertimbangan lainnya karena harga bahan kain yang terus meningkat karena efek TDL yang tahun lalu naik beberapa kali. Demikian halnya dengan bahan pewarna sintetis sehingga harga jual pun disesuaikan.

Berikut contoh motif Batik Tulis Madura khas Tanjungbumi :

Bersambung

Baca juga :

http://green.kompasiana.com/penghijauan/2014/06/11/go-green-a-la-pedagang-batik-tulis-madura-661322.html

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/10/04/batik-online-shop-683142.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun