Anda tahu apa itu ‘dimsum’? Ga tau!
Anda tahu siomay? Ya, tau!
Kalau bapao? Ya, jelas tauuu…!
Kalau sejarah ‘dimsum’? Hah! Koq bahas sejarah? Wes pokoke enak, to! Dan jelas kudu halal!
Sekarang pola makan anak muda dan keluarga kecil, sukanya makan dimsum. Aneka siomay, bakpao, kaki ayam, bubur ayam, ya…itulah yang dimaksud ‘dimsum-dimsum’-an. Lainnya ada lumpia. Ada hakau, banyak deh! Bentuknya kecil2 sekali lahap.
Kalau Anda arek Suroboyo, atau perantauan yang sering pulang ke Suroboyo, pasti tahu sekarang makin banyak warung dimsum. Di pusat kota atau pinggiran. Kelas warung, resto atau hotel. All you can eat atau porsi-an.
Jaman dulu dimsum disantap saat pagi hari sambil minum teh, baca koran atau kongkouw. Sekarang dimsum disantap hangat di sore hari. Bisa sekedar ‘ngganjel’ perut menjelang makan malam. Atau sekalian buat menu makan malam. Atau sudah makan malam tapi perut masih muat diisi sambil nongkrong dengan teman2 atau kumpul keluarga.
Warung Dimsum ‘Mbledhos’ adalah salah satu warung dimsum yang favorit, murah meriah. Baru berdiri sekitar 1,5 tahun lalu tapi bisa jadi trendsetter warung2 kecil sejenis di Surabaya. Lokasi kira2 500 meter utara Galaxi Mall.
Warungnya bukan bangunan permanen. Warung tenda besar banget kayak kawinan di kampung. Banyak lampion merah sumringah cerah. Kanan kirinya masih lahan kosong. Hawa rada panas alias ‘sumuk’ dan ‘gerah’ apalagi kalau malam minggu. Full. Maklum, itulah sensasi makan di warung penjual 2.700 porsi dalam semalam (maksimal 6 jam, dari jam 5 sore until drop sekitar jam 11 malam).
‘Mbledhos’ artinya meletus. Super murah dan enak. Rata2 Rp 8.000,-/porsi isi 2 – 3 biji/keranjang bambu. Ga mahal, pas di kantong mahasiswa. Deket situ ada kampus Unair.
Kalau pesan satu macam satu porsi dengan semua varian yang lebih dari 10 macam, dijamin ‘mbledhos’ tuh perut berdua. Jadi, di pintu masuk depan silakan pilih2 menu yang sudah matang semua. Secukupnya dulu saja. Kalau kurang, ready bisa langsung nambah. Atau di-steam sebentar.
Pengen menu lain seperti sushi atau ramen, ada. Kalau tetap pengen makan dengan nasi putih, ada juga.
Pengen bawa pulang bentuk frozen, bisa.
Minuman banyak macam. Saya paling suka es teh tarik. Atau chinese tea buat peluruh lemak hehe…
Parkir? Di trotoar untuk motor dan di sepanjang jalan sepanjang Ir. Soekarno Utara (MERR Titik Nol). Cukup aman, ga terlalu bikin arus macet dan ada beberapa penjaga parkirnya.
Pelayanan oke. Meski rame, para karyawan (waiter, kasir dan bagian dapur) sudah terbiasa dengan ritme ini. Semua langsung terlayani. Mereka bekerja sama rata sama rasa. Mangkanya wajahnya happy sumringah terus.
Buat yang suka wiskul, Surabaya tidak hanya Rawon Setan atau ayam penyet Bu Kris atau nasi udang Bu Rudy. Yang ini juga recommended!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H