Mohon tunggu...
Farida Chandra
Farida Chandra Mohon Tunggu... -

praktisi, pemerhati hukum ketenagakerjaan budidaya ikan lele dan pisang kepok pelestari dan usaha batik tulis madura

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kanker Paru

28 Agustus 2014   05:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:19 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari terakhir, ada pemberitaan bahwa seorang tokoh parpol dirawat di rumah sakit dengan diagnosa kanker paru. Langsung stadium lanjut. Sebelumnya, Menteri Kesehatan Ibu Endang meninggal dunia karena kanker paru.

Ada cukup banyak pertanyaan mengapa Ibu Menkes yang seorang dokter tidak cukup dapat mencegah atau setidaknya mengobati kankernya? Karena usia beliau saat itu seharusnya masih cukup aktif dan produktif sebagai wanita karier.

Kanker paru dapat menyerang siapa saja. Pria wanita, anak-anak maupun remaja dan dewasa serta orangtua. Mama saya meninggal dunia hampir 3 tahun lalu dalam usia 72 tahun juga karena kanker paru.

Sebagaimana setiap orang, kata teman saya yang dokter, mempunyai sel-sel kanker. Hanya saja ada faktor pemicu sehingga sel-sel tersebut membelah diri dan berkembang lalu menyerang bagian badan yang lemah. Daya tahan tubuh yang lemah karena lelah, pikiran dan polusi udara mungkin penyebab utama mama saya terkena kanker paru.

Yang saya lihat, salah satu sebab dari polusi udara itu adalah karena mama saya merupakan perokok pasif selama puluhan tahun dari papa saya yang perokok aktif sejak usia 40 dan berhenti merokok saat usianya 60 tahun. Hingga saat ini papa saya masih sehat wal’afiat, setidaknya hingga usianya 77 tahun. Hasil general check-up-nya sama sekali tidak terdeteksi penyakit serius apalagi kanker paru.

Jadi, apakah rokok menyebabkan kanker paru? Mungkin ya, tetapi bukan satu-satunya. Sda faktor pemicu lainnya. Misalnya pola makan tidak teratur, pola hidup dan pola pikir (stress, depresi).

Mama saya akhirnya terdeteksi penyakit paru setelah hampir setahun terus menerus batuk kering. Sering sesak nafas hingga dada sakit, insomnia dan nafasnya bunyi “ngik-ngik” serta berat badan merosot tajam meski sudah berusaha makan dengan porsi lebih banyak daripada biasanya.

Sebelumnya mama telah memeriksakan diri ke dokter keluarga, hanya dikatakan flu. Musim pancaroba. Batuknya mereda tapi tidak sembuh total. Batik lagi dan periksa ke dokter lainnya. Hasilnya masih sama, hanya batuk biasa. Hingga suatu saat kami merasa batuknya mama rada aneh dan kami menyarankannya untuk general check up dan rontgen, baru diketahui bahwa mama sakit kanker paru.

Kondisi badan mama semakin memburuk karena mama tahu, kanker adalah penyakit yang mematikan sementara mama orang yang cukup aktif dan banyak maunya. Sudah ada beberapa temannya yang berpulang karena kanker dengan usia hidup hanya 4 bulan setelah terdeteksi kanker.

Mengingat kondisi badan dengan berat badan hanya 30an kilo dan faktor usia maka dokter tidak menyarankan mama operasi atau kemo/radioterapi tapi berobat tradisional dengan herbal. Pilihan pada TCM. Traditional Chinese Medicine.

Siapa bilang, pengobatan tradisional a la China itu murah? Sama sekali tidak. Dan tidak diganti oleh perusahaan asuransi. Namun dengan pertimbangan kondisi mama yang merasa lebih sehat, sudah bisa tidur nyenyak karena batuknya semakin jarang maka kami meneruskan untuk mengobatkannya di TCM itu sesuai saran petugas medis di sana, selama 10 hari berturut-turut.

Setelah itu Mama mendapat resep obat rawat jalan. Setelah obat habis, kondisi mama memburuk sehingga kami langsung membawanya ke rumah sakit terdekat. Tidak ada waktu lagi untuk datang kontrol ke TCM karena klinik itu berada di luar kota. Mama tidak punya lagi semangat hidup.

Saat di rumah sakit, ditangani dokter spesialis paru. Selama seminggu dirawat, sama sekali tidak ada kemajuan bahkan koma dan akhirnya meninggal dunia.

Total proses ini sangat cepat. Kurang daripada 1 bulan sejak diagnosa dokter.

Besar harapa saya, Anda yang perokok mulai mengurangi kebiasaan yang hanya akan merugikan Anda. Jika Anda mencintai orang-orang di sekitar Anda termasuk diri Anda sendiri, ojo ngeyel atau mencibir aturan-aturan yang melarang Anda merokok seperti di ruang ber-AC atau tempat-tempat umum. Sebelum semuanya terlambat. Sebelum semua hasil kerja keras Anda akhirnya jadi sia-sia karena hanya bermanfaat untuk perusahaan rokok dan jaringan distribusinya nya serta biaya rumah sakit.

Saya bersyukur hampir seluruh keluarga besar saya tidak merokok. Mari memperbanyak ruang berudara segar dengan banyak menghirup oksigen. Berpikir positif dan pola hidup sehat dan seimbang. Mencegah lebih baik daripada mengobati.

8 – 8 – 8 : 8 jam bekerja, 8 jam istirahat, 8 jam sosialisasi dan hobi yang membahagiakan Anda lahir batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun