Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kenapa Asyik "Mengintip" Bandara Adisutjipto Yogyakarta?

14 Desember 2016   11:08 Diperbarui: 15 Desember 2016   02:37 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu bukan kegiatan ilegal saat “mengintip” Bandara Adisuctipto di Yogyakarta. Bagi penggemar foto sekaligus dunia aviasi macam saya ini, memotret bandara dari salah satu sudut pengambilan dan melihatnya secara utuh, ada keasyikan dan kepuasan tersendiri. Biasanya saat tiba atau berangkat atau mengantar relasi dari bandara ini, yang di lihat itu-itu saja. Kali ini beda.

Dari segi fisik, terletak di jalan Solo Km 9 Yogyakarta. Dulunya sesuai wilayah lokasinya di kenal sebagai bandara Maguwo. Memiliki luas hampir 80 ribu meter persegi. Dengan panjang landasan 2.250 meter, mampu di darati pesawat sejenis Boeing 737 dengan full capacity. Selain sebagai bandara domestik telah berfungsi sebagai bandara internasional. Hampir semua maskapai domestik melayani penumpang ke berbagai tujuan dari sini. Beberapa maskapai asing melayani penerbangan internasional ke Singapura dan Kuala Lumpur di Malaysia.

Di kalangan penerbangan memiliki kode WARJ-JOG, sesuai kode ICAO-IATA, badan penerbangan sipil internasional dan nasional. Jam operasionalnya mulai pukul 05.00 – 21.00. Telah beroperasi sekitar 50 tahun.

Bandara Adisutjipto di foto dari Tebing Breksi (Dokumentasi Pribadi)
Bandara Adisutjipto di foto dari Tebing Breksi (Dokumentasi Pribadi)
Memiliki sejarah panjang di jaman perang kemerdekaan. Sebagai Home base yang di gunakan penerbang Indonesia yang dengan pesawat Cuntel dan Curren bulan Juli 19947 melakukan serangan terhadap kedudukan Belanda di Semarang dan Ambarawa. Tempat persiapan, pemberangkatan, dan kembali di bandara Maguwo, sebelum namanya menjadi yang dikenal sekarang.

Sejarah perjuangan mencatat kejadian tragis. Saat Belanda menyerang dan menjatuhkan pesawat Dakota VT-CLA milik Indonesia setelah melakukan misi kemanusiaan, mengambil bantuan obat dari Singapura untuk pejuang Indonesia. Serangan ini mengakibatkan gugur Komodor Muda Adisutipto. Selain itu ada Abdurahman Saleh dan Adi Sumarno. Untuk mengenang jasanya, di jadikan nama bandara Yogya sekarang. Nama Abdurahmann Saleh di jadikan nama bandara di Malang, Jawa Timur dan Adi Sumarmo menjadi nama Bandara di Solo Jawa Tengah.

Makin semangat n merasa seru manakala moto saat ada pesawat tinggal landas. Pergerakan sebuah pesawat yang sedang berjalan sebelum dan sesudah tinggal landas, meski terlihat kecil karena jarak dan lensa, menyajikan pesona indah. Bagi penggemar pesawat terbang barangkali tertarik menyalurkan hobi dari lokasi ini.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Setelah sekian puluh tahun beroperasi, bandara ini memiliki nilai strategis. Selain sebagai tempat pelatihan bagi tarunia Akademi Angkatan Udara, mereka yang ingin datang untuk tujuan berwisata cukup di mudahkan. Beberapa tempat wisata menarik yang sudah populer berdekatan dari sini. Sebutlah Candi PRAMBANAN, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Kompleks Candi Istana Ratu Boko jaraknya sekitar 10 kilometer. Sentra kerajinan Perak hanya butuh 10 menit dengan kendaraan. Kompleks Keraton Mataram, Malioboro yang terkenal butuh sekitar 25 menit berkendaraan dari sini.

Letak landas pacu yang memanjang dari arah Barat ke Timur, kita bisa menikmati pemandangan kota Yogyakarta jika mendarat dari arah Barat. Jika memandang ke arah timur kita akan mendapat suguhan kawasan pegunungan Seribu dengan nuansa pepohonan hijau. Menghadirkan pemandan sejuk. Di pegunungan ini letak kompleks Candi Istana Ratu Boko, dan Candi yang telatknya tertinggi di Yogyakarta yaitu Candi Ijo. Serta bersebelahan dengan Candi Ijo, terdapat Tebing Breksi, salah satu lokasi wisata yang eksotik dan mulai populer sekarang.

Arah timur landas pacu, berjejer pegunungan yang menyimpan spot bersejarah (Dokumentasi Pribadi)
Arah timur landas pacu, berjejer pegunungan yang menyimpan spot bersejarah (Dokumentasi Pribadi)
Dari Taman Breksi inilah saya memuaskan hobi fotografi dengan memotret bandara Adisucipto dari ketinggian sekitar 600 meter. Beruntung saat itu cuaca cerah. Arah menghadap ke bandara tidak terhalangan kabut atau awan tipis, sehingga kompleks bandara dengan landas pacu-nya terlihat jelas.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun