Lho ngga apa-apa dong. Khan hak-nya masing-masing mau ibadah atau tidak. Mau datang Cuma Natal, Jumat Agung, Paskah, ya terserah masing-masing. Tokh urusannya sama Tuhan. Kenapa harus di pusing-kan? Kenapa harus di jadikan masalah?
Benar. Tidak keliru jika jemat “kapal Selam” Cuma datang saat peringatan hari raya tersebut. Barangkali...yang perlu di kritis-i manakala sudah tertancap pemahaman bahwa ibadah yang penting adalah CUMA ibadah Natal, Jumat Agung, dan Paskah. Ibadah di luar itu tidak penting. Makanya ngga wajib harus datang. Nah ini dia......
Padahal setahu saya pribadi yang tergabung dalam Jemaat Protestan, cukup banyak acara gerejawi yang memilik bobot dan nilai ritual penting. Misalnya, ibadah dalam rangka peringatan bulan keluarga. Yang mengingatkan pentingnya kehadiran Tuhan dalam membina keharmonisan hubungan erat dalam keluarga. Ibadah peringatan bulan Oikumene. Yang mengajak jemaat kembali menghayati pentingnya rasa kebersamaan dengan sesama umat ber-agama sehingga terjaga kerukunan dan keharmonisan dalam hidup bermasyrakat. Ibadah dalam rangka bulan musik gerejawi. Yang mengajak jemaat bagaimana memuji dan memulaikan secara benar. Masih banyak lagi agenda pembinaan jemaat yang menurut saya tidak kalah penting.
Meskipun memiliki nilai penting sayangnya kehadiran jemaat di luar tiga hari besar tadi cenderung normal. Suasana ibadah lebih lenggang. Tidak perlu ekstra pengamanan. Tidak perlu mendirikan tenda, menyediakan kursi ekstra. Tipikal jemaat “Kapal Selam” kurang berminat hadir dalam ibadah. Dianggap biasa dan tidak istimewa. Ber-arti tidak ada kewajiban untuk datang. Cukup baca Alkitab di rumah saja. Lanjut rekreasi atau istirahat.
Kembali, bagi pendeta pengurus gereja, fenomena ini tetap perlu di sikap secara positif. Harus maklum. Tidak ada yang keliru. Karena ibadah urusannya dengan Tuhan. Baik pengurus gereja yang menyelenggarakan ibadah maupun di antara jemaat, harus maklum. Tidak ada istilah Jemat “Kapal Selam”, yang ada adalah Jemaat yang di kasihi Tuhan.
Bahwa ruang ibadah menjadi lebih sesak selama ibadah Natal, Jumat Agung, Paskah, ya sudah mau di apa-kan lagi. Satu deret kursi yang biasanya ter-isi 5 sekarang harus duduk rapat 10 jemaat. Ngga masalah khan? Jemat yang sedang kusuk ber-doa, harus bersenggolan kiri-kanan, kenapa harus di anggap mengganggu? Jemat yang sedang fokus mengikuti ritual ibadah, tiba-tiba konsentrasinya harus buyar demi memberikan tempat kepada yang datang terlambat, ya ngga apa-apa khan?
Sikap yang baik dan tepat tidak perlu komplain. Yang komplain justru akan membuat ke-khusyuk-kan akan sia-sia. Yang rugi adalah jemat itu sendiri. Dengan komplain justru telah membuat ibadah-nya mubasir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H