Beberapa tahun lalu saya juga pernah pinjam dengan nominal di atas 5 juta lalu membandingkan dengan meminjam di bank atau di kantor sendiri.Â
Wajar sih, karena koperasi simpan pinjam dikelola oleh jumlah karyawan yang lebih sedikit dibanding lembaga pendanaan. Otomatis biaya operasional juga tidak banyak.Â
Apalagi belum semua koperasi mengadopsi teknologi digital dalam sistem mereka dimana biaya investasi cukup besar akan berkorelasi secara tak langsung terhadap nominal cicilan.Â
Ketiga, ada pilihan sistem pembayaran decline (bunga menurun).Â
Bila meminjam di lembaga jasa keuangan di luar koperasi, jarang bahkan hampir tidak ada sistem pembayaran dengan bunga menurun. Rata - rata menggunakan sistem bunga anuitas.Â
Sebaliknya di koperasi ada beberapa opsi cara bayar. Bisa dengan bunga menetap, bunga menurun, atau dengan sistem pembayaran bullet dimana bisa bayar bunga saja tapi pokok dibayar di akhir tenor.Â
Saya sendiri selama meminjam di koperasi lebih suka dengan sistem bunga menurun. Bisa bayar lebih besar dari nominal cicilan sehingga lebih cepat lunas.
Selain itu, dengan sistem bunga menurun, debitur bisa menghitung sendiri berapa sisa Pokok Utang dan berapa bunganya. Karena perhitungannya sangat sederhana. Tak seperti sistem anuitas.Â
Keempat, proses dan pencairan rata- rata lebih cepat.Â
Ini juga hal yang wajar lantaran koperasi tidak serumit pengajuan di bank atau di lembaga pembiayaan lain.Â
Analis kredit di koperasi mungkin tidak punya banyak parameter seperti divisi kredit yang harus menilai banyak aspek untuk kelayakkan calon debitur. Bahkan kadang tanpa melalui analis karena keputusan langsung dari pimpinan koperasi.Â