Teringat beberapa bulan lalu seorang istri menolak ditanyakan perihal suaminya yang menunggak di empat bulan terakhir. Padahal sebelumnya dia mengaku dialah yang dulunya kerap membayar setiap bulan.Â
"Kami sedang proses cerai. Saya ngga ada urusan lagi dengan dia," katanya dengan nada marah.Â
Satu pasangan yang lain kali ini ibu mertuanya yang curhat. Si menantu yang adalah si debitur, sudah senantiasa diingatkan namun tak jua sadar. Giliran suaminya yang biasanya menalangi, sudah tak niat lagi.Â
"Mau diceraikan sama anak saya. Malas dia bayar-bayar terus," kata si ibu mertua.Â
Persoalan cinta erat kaitannya dengan kestabilan emosi. Manakala seseorang kecewa dengan yang dikasihinya, yang muncul adalah berusaha menghindari dan tak ingin lagi berhubungan dengan orang tersebut.Â
Akhirnya merembet pada tanggung jawab cicilan. Yang dulunya menganut peribahasa ringan sama dijinjing, berat sama dipikul kini menjadi ungkapan berat ringan silahkan pikul sendiri.Â
Bila Anda adalah debitur yang namanya tercantum sebagai nasabah usahakanlah untuk tetap membayar meskipun Anda terluka atau kecewa. Hidup tidak berhenti dengan orang yang melukai Anda, karena portofolio kredit Anda yang baik akan bermanfaat di masa depan meski tak lagi bersama si mantan.Â
Bila Anda juga adalah debitur yang bermasalah dengan pasangan, tetaplah menjaga riwayat kredit Anda. Apalagi bila barang atau jasa yang dikredit punya manfaat dan kepentingan di masa sekarang dan di masa depan untuk Anda atau demi orang-orang yang dikasihi.Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H