Atau contoh paling gampang adalah pada kasus kredit atas nama. Si nasabah tak mau bertanggung jawab karena hanya namanya yang dipinjamkan tapi pengguna unit kredit bukan dia. Masa bodoh jadinya!
2. Kerelaan membayar berhubungan dengan dampak yang akan terjadi dari tujuan jangka panjang.Â
Beberapa nasabah datang ke kantor membawa BPKB mobil demi pinjaman dana puluhan juta. Ketika ditanya buat apa, ada yang bilang buat bayar anaknya yang mau masuk polisi. Yang lain untuk biaya kuliah anak.Â
Manakala pihak pembiayaan memproses pengajuannya, harapan apakah yang ada dibenak si nasabah? Sudah pasti gambaran masa depan si anak.Â
Hidup yang akan berubah. Status sosial yang meningkat. Itulah mengapa visi dan impian kerap jadi motivasi mengapa seorang nasabah bertahan hingga lunasi cicilannya.Â
3. Kerelaan membayar berhubungan dengan karakter dan kestabilan finansial.
Riwayat cicilan yang lancar bisa menandakan dua hal. Pertama, si nasabah punya cash flow finansial baik. Kedua, karakter si nasabah yang menggambarkan nilai dan prinsip hidup.Â
Andaikata karena satu dan lain hal kondisi finansial si nasabah oleng atau ambruk, paling tidak faktor internal kedua yang ada dalam diri si nasabah ini akan membuatnya terus bertahan sampai selesai.Â
Apa yang harus dilakukan bila debitur mengalami kisah mirip-mirip Hadi?Â
Realitanya bisa terjadi pada mereka yang sedang pacaran atau sudah menikah bertahun-tahun di mana salah satu pasangan adalah debitur aktif. Profesi bisa beragam. Demikian juga kapasitas finansialnya.Â
Intinya manakala hati dilukai, segala sesuatu terkait kredit dan barang kredit yang ada hubungannya dengan seseorang yang dicintai, cenderung akan menghasilkan dilema. Parahnya akan terakumulasi jadi melepas tanggung jawab alias bahasa kerennya EGP (Emang Gue Pikirin).Â