Just Sharing.....
Witing tresno jalaran soko kulino. Itulah yang terjadi antara Hadi (nama samaran) dengan Dea, sebut saja begitu namanya.Â
Hadi seorang supervisor di sebuah perusahaan telekomunikasi yang produk kartu selulernya dipakai sebagai nomor handphone di sebagian besar pengguna Android. Tak usah disebut pembaca pasti bisa menebak tempat kerjanya.Â
Pria berusia 28 tahun itu adalah salah seorang dari sekian banyak nasabah di kantor. Gajinya hampir tiga kali lipat untuk ukuran kota yang UMK tahun 2023-nya cuma 2,9 juta. Bujang mapan nih.Â
Dengan status belum menikah tanpa tanggungan anak, dia sangat mampu untuk bayar cicilan i Phone 14 Pro Max sebesar Rp 1.580.000,-.R iwayat kreditnya nol hari alias tidak pernah telat.
Tapi itu delapan bulan terakhir. Memasuki bulan ke sembilan dan kesepuluh, tiba-tiba namanya masuk dalam daftar debitur menunggak. Tak tanggung-tanggung. Telat 68 hari. Itu berarti sudah dua kali tanggal jatuh tempo belum juga bayar. Ada apa dengan Hadi?Â
Beraneka analisis mencuat. Mungkinkah si nasabah itu sudah resign dari kantornya sehingga saat ini sedang dalam kondisi mencari pekerjaan baru dan berdampak pada finansialnya.Â
Atau kah si nasabah sakit sehingga sebagian dana teralihkan buat biaya pengobatan. Ada kemungkinan juga seperti tak sedikit nasabah yang kehilangan handphone sehingga lupa akan nomor kontrak kredit yang biasanya tersimpan di sana.
Ternyata Dea sang kekasih, adalah katalisator yang bikin Hadi enggan meneruskan pembayaran. Gawai bikinan Apple yang dikredit Hadi itu diberikan buat Dea yang juga adalah SPGnya di kantor.Â
Cinta yang tumbuh lantaran sering bersama sudah sampai pada tahap lamaran. Bahkan atasan Hadi dan rekan-rekannya di kantor mendukung jalinan kisah asmara mereka.Â