Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demo Jilid Dua Mahasiswa, Presiden Tiga Periode dan Mereka yang "Cuci Tangan"

16 April 2022   15:50 Diperbarui: 16 April 2022   19:35 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil dari artikel Megapolitan Kompas.Com

Hanya coretan ringan dari  celotehan di warung kopi....

Kemarin usai lepas berbuka, warung di pinggir jalan itu kembali dipadati sejumlah pelanggan. Tak besar bangunannya namun cukup ditempati 6 meja untuk duduk makan dan minum. 

Mayoritas pengunjung adalah para sopir ekspedisi atau para pekerja lapangan yang melintas. Mereka biasa mengaso satu hingga dua jam  Dan kebetulan saya mampir ngopi di situ. 

Celoteh ngalor ngidur ala warkop pun menyerempet hingga rencana demo jilid dua mahasiswa yang diinisiasi oleh BEM SI (Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia). 

Topik soal Ade Armando yang babak belur dihajar pun jadi bahan obrolan. Menariknya dari 4 tuntutan mahasiswa, ada satu yang unik. Beda dari yang lainnya. Yakni soal presiden tiga periode. 

Tiga tuntutan mahasiswa yang rencananya bertepatan Hari Kartini pada 21 April 2022 nanti, yaitu soal krisis minyak goreng, kenaikan Pertamax dan kenaikkan tarif PPN,  secara akar masalah berbeda sekali dengan isu perpanjangan presiden tiga periode. 

" Ini siapa sih yang mencetuskan soal presiden tiga periode sampai jadi heboh kayak begini? Kok mereka seperti cuci tangan ya?," celetuk salah seorang pria yang mengenakan seragam sebuah perusahaan.

Jep. Saya tetiba tertegun.Dipikir -pikir benar juga ya. Ini gara-gara siapa yang mengusulkan perpanjangan masa jabatan presiden bisa tiga periode sehingga bikin kisruh dan polemik di masyarakat Indonesia.

Jangan salahkan mahasiswa kalo itu jadi salah satu poin tuntutan dalam demo para anak muda. Ngga ada asap kalo ngga ada api. 

Yang nyalain korek api siapa? Lalu setelah melebar kemana-mana dan apinya membahayakan rumah NKRI, terus mereka dimana? Cuci tangan kah?  Atau sembunyi dan EGP alias Emang Gue Pikirin. 

Analogikan NKRI ini seperti rumah sendiri. Ngga ada hujan ngga ada angin tiba-tiba seseorang dalam keluarga celetuk Papa mau kawin dengan mama muda dua tahun lagi. 

Lalu anak -anak satu keluarga pada ribut menentang. Ada yang pro dan ada yang kontra.

Masing-masing dengan alasan dan argumentasinya Akhirnya berantem, rumah kayak kapal pecah. Persaudaraan ribut.Mama menangis, Papa diam seribu bahasa. 

Gara-gara isu itu, berkurang level keharmonisan di rumah.Anak anak mulai timbul persepsi negatif sama Papanya. 

Mau ngapain bahkan untuk hal yang dirasakan Papanya baik, tetap aja ada beberapa anak berpikir negatif.

Lalu ketika keluarga mulai retak, dimana orang yang melempar isu Papa mau kawin lagi? Menghilang, sembunyi, cuci tangan lalu EGP. 

Padahal gara-gara melempar isu yang istilahnya sekedar cuman mau ngetes angin, berakibat satu keluarga ribut. Bayangkan bila keluarga itu adalah satu negara.Bakalan jadi bola panas yang menggelinding kesana kemari. 

Karena ekosistem dalam tataran negara berisikan banyak kepentingan. Ada eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dan masyarakat terpecah antara yang setuju dan tak sepaham. Seperti yang kita lihat dan baca sekarang di media.

Sebenarnya ini gara-gara siapa sih isu presiden tiga periode padahal jelas-jelas kontitusinya ada. Terus mereka dimana ketika melebar ke sana kemari? 

Kasihan rakyat dibingungkan hanya karena ulah segelintir pihak yang cuma testing the wind. Lantas apa tujuan dan kepentingannya? Adakah agenda-agenda tertentu hingga muncul lontaran seperti itu? 

Sangat disayangkan andai niatnya hanya mau ngetes ombaknya keras apa ngga, eh malah beresiko perahu yang berisikan banyak orang bisa tenggelam kemasukkan air. 

Bayangkan perahu itu adalah sebuah negara besar seperti Indonesia.Apa ngga berabe. 

Salam dari warkop pinggir jalan....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun