Just Sharing...
Jadi nostalgia kalau dengar kata UKM Kampus.
Kebayang zaman saya dulu, pertama kali tahu ada banyak UKM atau Unit Kegiatan Mahasiswa saat ospek.Â
Di hari terakhir, semua maba (mahasiswa baru) dikumpulkan di lapangan auditorium untuk disosialisasikan mengenai UKM.Â
Zaman dulu belum ada website khusus UKM atau link yang bisa dibuka. Hanya booklet yang dibagikan pada para maba agar mengenal lebih dalam apa saja aktivitas dan tujuan setiap UKM.Â
Tentu saja yang paling terlihat adalah Menwa atau Resimen Mahasiswa. Karena para senior yang aktif di UKM Menwa secara langsung mengawasi para Maba. Mereka berseragam mencolok dengan seragam ala-ala militer.
Seingat saya banyak sekali UKM saat itu. Ada UKM olahraga seperti kempo, wushu, silat, bulutangkis, sepak bola, Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) dan menembak.Â
Ada juga seni hiburan dan kemanusiaan semacam marching band, fotografi, movie dan palang merah universitas.Â
Untuk UKM yang berbasis media selain koran universitas yang dikelola pers kampus, juga di setiap fakultas punya majalah sendiri yang dikelola mahasiswa.Â
Waktu itu jaya-jayanya media cetak, mahasiswa difasilitasi oleh pihak rektorat dan dekanat untuk mengelola sendiri. Jadi tak sedikit teman- teman yang mengelola koran universitas juga menjadi penggiat di majalah fakultas.
Di luar UKM kampus dan keanggotaan senat atau himpunan, ada juga unit kegiatan mahasiswa yang sifatnya lebih spesifik.Â
Misalnya kegiatan berbasis kesamaan keyakinan seperti HMI bagi yang muslim, PMK bagi nasrani dan katolik, KMHD teman-teman yang Hindu, demikian juga yang beragama Budha.Â
Well...saya sempat bingung pilih yang mana saking banyaknya. Di semester satu, saya tertarik UKM palang merah. Ternyata PMI banyak kegiatan. Mulai dari perkemahan, rapat-rapat, diklat, dan setiap ada bencana di kota atau daerah, mau enggak mau mesti terlibat sama senior.Â
Akhirnya mundur di semester 2, cuman setahun aja. Ada dua alasan. Pertama takut ketinggian. Pernah dalam diklat dasar, saya takut menuruni tebing. Meski sudah dikasih tahu sama kakak senior bahwa talinya aman dan bisa menahan bobot tubuh ratusan kilo.
Alasan kedua, terlalu banyak kegiatan dan kosan saya berada di kampus baru, sedangkan sekretariatnya di kampus lama. Jaraknya kurang lebih 40 kilo atau 1 jam perjalanan. Enggak mungkin terus- terusan.Â
Padahal hampir setiap minggu ada saja agenda kegiatan. Saya tak mampu ikut semua karena banyak tugas kuliah dan kendala jarak.Â
Meski pada dasarnya, menolong sesama adalah nilai dasar dari UKM ini yang membuat saya bergabung.Â
Akhirnya di awal semester III, saya gabung ke majalah fakultas. Pamit pada senior dan teman- teman di UKM PMI dan menjadi bagian dari UKM jurnalistik yang dulunya disebut Pers Kampus.Â
Saya betah di sini apalagi teman- teman di UKM ini juga banyak yang sejurusan dan seangkatan. Bisa bareng-bareng ngerjain tugas kuliah sembari ngerjain majalah. Sampai nginap dan tidur di sekretariat, hehe.Â
Akhirnya sama senior didaftarkan untuk ikut Pelatihan Tingkat Dasar (PTD) dan setahun kemudian diikutkan lagi pelatihan jurnalistik tingkat lanjut di luar propinsi. Materi yang diberi tak hanya soal 5W + 1 H, tapi juga materi lain yang bermanfaat.Â
Enak ya jalan-jalan dibayarin fakultas. Btw itu pengalaman paling ayik yang tak pernah disesali. Bisa bertukar pikiran dengan sesama mahasiswa dari universitas lain di Indonesia. Mana pemateri dan pembicaranya hebat-hebat pula.Â
Namun di luar keasyikkan sekian tahun di UKM jurnalistik, kuliah saya juga agak tersendat. Akhirnya di semester 7, saya mulai mengurangi aktivitas dan meregenerasi pada para junior baru.Â
Karena senior-senior kami sudah tamat, dan kini kami lah para junior yang mesti mendelegasikan eksistensi UKM ini pada yang baru agar kami fokus juga selesaikan kuliah.Â
Sirene sudah berbunyi, kapan gantung toganya. Enggak enak ah ketemu pak dekan atau pak rektor yang karena UKM sudah kenal lebih dekat lalu ditanyain "kapan lulus".
Bila ingin merangkum secara garis besar hal-hal yang setidaknya penting dalam pertimbangan memilih UKM kampus berdasarkan pengalaman pribadi dan juga sejumlah rekan yang lain, berikut ulasannya:
Pertama, bakat dan minat
Temukan apa yang jadi ketertarikan diri. Ada banyak sekali UKM di kampus, pilihlah yang sesuai talenta dan minat. Setiap orang unik dan jadiah diri sendiri.Â
Kedua, waktu
Pertimbangan waktu penting karena ada waktu untuk berkegiatan di UKM tersebut dan waktu untuk kuliah ditambah menyelesaikan tugas-tugas.Â
Dengan memutuskan masuk ke UKM tersebut, mesti bersiap dengan berbagi waktu.Â
Saya tertarik UKM palang merah, tapi kesulitan di waktu dan kendala jarak, akhirnya mundur pas semester dua.
Ketiga, lingkungan
Lingkungan pergaulan dan pertemanan di sebuah UKM cepat atau lambat akan berpengaruh terhadap kenyamanan.Â
Misalnya bila seorang mahasiswa tidak bandel, lalu bergabung di UKM yang mungkin maaf, ada sejumlah anggotanya yang bandel. Hal ini bisa mempengaruhi kenyamanan seseorang untuk mempertahankan antara bergabung atau tidak.
Soal nyaman tak nyaman ini sangat berhubungan dengan tipikal diri masing-masing individu dan bisa bikin eksis atau cepat cabut dari UKM tersebut.Â
Keempat, dukunganÂ
Dukungan ini ada dukungan sosial, dukungan finansial dan dukungan pihak kampus dari rektorat atau dekanat.Â
Dukungan sosial dari keluarga atau orang- orang terdekat yang mengetahui bahwa aktif di UKM tersebut dan membolehkan.Â
Dukungan finansial terkait UKM yang diikuti. UKM seperti misalnya marching band bisa saja butuh dana buat kostum, apalagi kalau ikut lomba. UKM lain semacam fotografi mungkin saja disarankan punya kamera tertentu. Jadi tiap UKM beda.Â
Dukungan dari pihak universitas sangat penting karena UKM mesti mendapat izin dari petinggi kampus untuk bisa berkegiatan dan melibatkan mahasiswa. Bahaya lho kalau ikut UKM yang dilarang kampus, bisa-bisa dibubarkan.Â
Kelima, ada tujuan jangka panjang
Aktif di UKM selama sekian tahun kuliah, apa yang didapatkan seorang mahasiswa dan apa gunanya kelak sangatlah penting.Â
Pengalaman keaktifan di UKM sangat bermanfaat setelah tamat kuliah. Selain berorganisasi, kemampuan verbal, tulisan dan kinematik juga terlatih manakala aktif di sana.Â
Aktif di UKM Kampus itu seperti terdaftar di sebuah kampus tapi menimba dua ilmu yang berbeda.Â
Saya juga merasa demikian. Kuliah di teknik tapi juga serasa kuliah di jurnalistik. Dua-duanya dapat ilmunya, dapat juga praktek dan pengetahuannya. Bukankah itu luar biasa.Â
Bayangkan bila seorang mahasiswa kuliah di jurusan pertanian tapi aktif di UKM Fotografi. Betapa mengasyikkan juga yang kuliah di jurusan komunikasi tapi aktif di UKM palang merah.Â
Suatu saat apa yang dipelajari di UKM Kampus bisa bermanfaat dalam karir, kehidupannya bahkan keterlibatannya di masyarakat.Â
Baca juga:Â Pengalaman Ditabrak, Jadi Takut Nggak Pakai Helm
Salam,Â
Brader Yefta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H