Kesadaran saya masih normal meski kaca helm itu pecah dan lepas. Itu yang bikin bibir sobek karena tergeret di aspal. Tapi kepala, terutama tempurung otak bagian belakang, terlindungi oleh bantalan helm.Â
Meski kondisi motor sedikit rusak, namun bisa di starter dan jalan. Di jam 3 sore saat kejadian di jalanan luar kota itu, saya kemudian bertanya pada warga di mana klinik terdekat dan kemudian bergegas ke sana.Â
Itu kecelakaan paling parah akibat ditabrak hewan. Kalau binatang penyebabnya, mau nuntut ke siapa. Ditabrak hewan yang tiba- tiba melintas dari samping jalan, risikonya sama fatalnya dengan ditabrak kendaraan.Â
Kata teman saya yang kebetulan dokter di sebuah Rumah Sakit daerah, gunanya helm menghindari resiko CKB bila terpental di jalan.Â
CKB itu apa sih? Kepanjangannya adalah Cedera Kepala Berat. Pembaca bisa browsing di internet ya untuk lebih detilnya.
Menurut Dokter Ahmad, sebut saja begitu nama teman saya yang kini lagi melanjutkan spesialisnya, gejala CKB yang terjadi pada korban kecelakan di jalan adalah keluarnya darah dari telinga dan hidung.
Meski anggota tubuh lain tak terlhat adanya luka, memar ato berdarah, namun cedera pada kepala sangatlah berbahaya. Korban CKB akan mengigau dan tak sadarkan diri karena psndarahan di otak dan tempurung belakang.Â
Harus secepatnya di tolong dan dibawa ke rumah sakit. Karena bila patah kaki, tangan atau tukang rusuk, masih dapat di gips atau dioperasi untuk pemasangan pen meski korban tak sadarkan diri.
Namun pada CKB, kesadaran hilang dan korban bisa kejang-kejang dimana darah terus mengalir lewat telinga dan hidung.Â
Sahabat saya Dokter Ahmad itu menjelaskan demikian karena saya menceritakan pengalaman saat kuliah dulu menolong teman mahasiswa kecelakaan dengan kondisi CKB dan akhirnya meninggal.
Pengalaman itu pernah saya tuliskan juga di Kompasiana, seperti di bawah ini.Â
"3 Tipe Respon Orang Melihat Kecelakaan di Jalan Raya dan Penanganan Lintas Sektoral"Â