Hanya tulisan ringan dari Warsawa (Warung kopi Samping Sawah)Â
Namanya juga diary. Jadi isinya tak jauh - jauh dari kenangan. Bisa bikin baper, tapi juga bakalan ketawa sendiri bila mengenang.Â
Begitulah memori dalam hidup manusia. Selalu punya dua sisi, suka dan sedih. Campur aduk macam gado- gado di warung pojok.Â
Perjalanan hidup ibarat saus kacang yang membalur  sayur,lontong dan lauk sebagai potongan - potongan episode kehidupan.Â
Gara-gara ngobrol tadi pagi dengan 2 anak muda kelahiran tahun 2000, saya jadi ingat saat masih seumuran mereka. Betapa ndesonya diriku ketika merantau ke kota besar nan terkenal.Â
Ibarat dari katak di bawah tempurung lalu  dicemplungin ke dalam kuali besar tapi tidak dipanaskan.Â
Meronta- ronta melihat langit biru. Tapi juga meraba- raba dengan tatapan mata. Mengapa yang kulihat tak pernah kujumpai di kampung halaman dulu.Â
Ada banyak sih...tapi 4 hal di bawah ini, bisa juga dalam konteks yang beda, di alami mereka yang dulunya tinggal di kota kecil,  manakala berjejak di atmosfer  peradaban dan teknologi  yang baru, Â
1. Kok tangga bisa bergerak sendiri
Di kota asal dulu, memang sudah ada supermaket. Tapi tahun segitu, jangankan lift, tangga berjalan alias eskalator aja belum ada yang pake. Jadi dipikiran dulu, kalo mau ke lantai  2 dan seterusnya, naik tangga manual.Â