Udahan nya, selama hampir 3 tahun saya menjadi penulis dokumen surat  yang dikeluarkan gereja. Mulai sertifikat pernikahan, surat baptis, sertifikat kelas pengajaran, akte pendidikan pra pernikahan, hingga ucapan selamat ulang tahun dan anniversary pernikahan.Â
Di tahun - tahun segitu, memang lebih banyak dokumen -dokumen tersebut menggunakan tulisan tangan. Sekian tahun kemudian, sudah banyak aplikasi tulisan dengan program komputer yang bisa sebagai pilihan.Â
Awal nya ada rasa sungkan, tak PD juga. Namun sejumlah teman-teman dalam komunitas, termasuk yang senior, memberi dukungan untuk menggunakan talenta (punya tulisan tangan) untuk melayani sesama di tempat peribadatan.Â
" Tak semua orang bisa menulis manual dengan tulisan yang tak hanya mudah dibaca orang lain, tapi juga terlihat bagus...," demikian kata mereka.Â
Saya biasa aja. Mungkin sama dengan pembaca lain yang juga punya tulisan tangan yang dianggap bagus dan indah, rasanya pengakuan dan konfirmasi itu datang dari orang lain. Bukan dari diri sendiri.Â
Sejumlah kenangan di bawah ini, bisa jadi kita alami hal yang sama bila dikatakan memiliki coretan tangan yang bagus di atas kertas atau di buku :Â
1. Saat sekolah, suka di suruh nulis di papan tulis.Â
Saya mengalami dari SD hingga SMA. Orang pertama adalah guru kelas III Â di Sekolah Dasar. Beliau lalu meminta saya untuk mencoba menulis di papan.Â
Seterusnya berlanjut hingga Sekolah Menengah Atas dengan memberikan sebagian materi untuk dituliskan bila dia ijin ( jaman dulu yaa...belum ada WAG dan email belum populer seperti sekarang).Â
2. Buku catatan keseringan dipinjam .Â
Resiko punya tulisan tangan yang dibilang bagus, bakalan ada teman yang akan pinjam catatan. Ini tak terbatas pada catatan pelajaran srkolah ato kuliah, tapi juga bila ikutan di organisasi ato ekstra kurikuler.Â