Hanya coretan ringan dari warung kopi....ketika razia lalu lintas sedang berlangsung....
Jaraknya hanya 200 meter dari tempat saya duduk.Â
Bibi Inak, sapaan perempuan paruh baya itu menaruh sebuah cangkir kopi hitam di depan saya. Uap nya masih mengepul. Menebar harum aroma.Â
"Kasihan orang -orang itu," terdengar suaranya lagi, memecah fokus saya yang tertuju pada aktifitas rasia di ujung sana.Â
"Emang sering rasia lalu lintas di situ ya Bi?" tanya saya.Â
"Ndak juga sih Mas..kadang-kadang aja. Saya kasihan pada ibu -ibu dan bapak-bapak itu bila surat-suratnya ndak lengkap,"jawab pedagang yang sudah berjualan hampir 5 tahunan di kedai pinggir jalan ini.Â
Bagaimana tidak miris. Bila para pelalu lintas itu kedapatan tak membawa SIM, STNK dan pajak belum diperpanjang, tak memakai helm, atau yang lebih parah kedapatan membawa narkoba, sudah pasti panjang urusannya.Â
Mulai dari diinterogasi, diminta untuk menunggu sebentar  di pos pinggir jalan, bahkan dibuatkan surat tilang.Â
Dengan dilihat oleh sejumlah pengemudi lain yang melintas pun, sudah beban psikologis bagi mereka yang ditilang dan tertahan di perjalanan.Â
Saya menyesap kopi hitam di cangkir berbahan kaca itu. Menerawnag jauh ke masa jaman kuliah dulu.Â
Saya pernah menjadi salah satu seperti mereka yang ditilang itu. Pengalaman yang merubah cara pandang dan memberi pelajaran hidup.Â