Just Sharing.....
Apa gunanya mereview produk perusahaan lain? Emang kerja di situ juga ya? Dibayar apa gratis sih? Bukannya ngambil foto, nulis, lalu edit dan menayangkan, itu perlu analisa dan kreativitas mengemas tampilan. Kok mau sih dibikin? Â
Sejumlah pertanyaan ini mampir ke pikiran ketika membaca  kasus PT Eigerindo Multi Produk Industri (MPI) selaku distributor produk Eiger dengan Youtuber Duniadian. Di kanal twitter beberapa hari lalu  ramai dan trending. Perseteruan antara kedua pihak hingga berakhir damai.Â
Saya juga masih ingat di tahun 2019 silam, kasus serupa soal review-reviewan menimpa Youtuber Rius Vernandes ketika meng-upload tulisan tangan daftar menu di dalam kabin kelas bisnis penerbangan Denpasar-Australia. Lumayan panjang dan menyita perhatian warga net karena pesawat yang ditumpangi adalah Garuda Indonesia, maskapai BUMN milik negara.Â
Lantas apa yang bisa kita terapkan sebagai penikmat hasil review orang lain, atau mungkin bila berniat me-review produk dan brand orang  lain? Ini hanyalah opini sederhana, berdasarkan pengalaman bekerja pada sejumlah perusahaan yang kebetulan punya brand dan mengeluarkan produk.
Ketenaran dan popularitas si pengunggah berdampak langsung pada perusahaan, produk tersebut dan brand-nya di mata konsumen. Dampaknya bisa menguntungkan, tapi bisa juga merugikan. Menganalisa dua kasus di atas, mungkin harus melihat dari sejumlah sisi yang melatarbelakangi. Apa saja?Â
1. Tak ada larangan menjadi Vlogger atau Blogger dan menyuarakan opini dalam benruk review, karena dijamin oleh undang-undang.Â
Pasal 28 UUD 1945 setelah amandemen, pada salah satu ayatnya berbunyi :Â
"Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia,"
Menjadi Vlogger atau Blogger identik dengan mengeluarkan opini, pendapat dan pertimbangan berdasarkan pengamatan dan kesaksian pribadi. Dengan demikian me-review sebuah produk atau brand secara jujur dan apa adanya, tidaklah salah.Â
2. Era bisnis sekarang, mau tak mau akan berhadapan dengan Vlogger, Youtuber maupun Blogger
Bagi mereka yang melewati masa pertengahan 90 an, atau mungkin era 80 an, tentu tak pernah melihat ada sejumlah profesi konten semacam ini di jaman dulu. Peralihan dari orde baru ke jaman reformasi hingga kekinian, media dan model promosi sudah banyak berubah.Â