Selain itu, secara teknis juga sudah dianalisa, pada masa sekarang atau bisa juga prediksi kebutuhannya di masa mendatang seiring perkembangan kota dan pertumbuhan jumlah penduduknya. Termasuk pendiriannya dan anggaran yang sudah dianggarkan pada saat membangun nya dulu.Â
Lokasinya yang berdekatan dengan taman kota, bandar udara, dan kantor kabupaten,wah...itu potensial bangett. Apalagi bila ruang dan lahan di sisi -sisi jembatan ada lapak kuliner, dimana warga bisa mengambil spot foto sambil menikmati hidangan lokal dikemas nusantara.Â
Sekadar mengingat ilmu Perencanaan Fasilitas Transportasi Kota saat kuliah dulu, pembangunan JPO dibangun dengan sejumlah pertimbangan. Salah satunya menghindari tabrakan, atau istilah teknisnya disebut konflik, antara pejalan kaki dengan kendaraan.Â
Pada JPO ini, terdapat RSU (Rumah Sakit Umum) di sisi kanan dan sebuah SMA Negeri. Di sisi kirinya ada swalayan, sejumlah hotel dan kantor kabupaten.Â
Di tengah jalan ada median (pemisah) jalan utama. Memang agak sulit untuk pejalan kaki melintas karena dulunya jalan ini berdasarkan info warga, adalah satu-satunya jalur lintas kabupaten lintas propinsi. Kini sudah dibangun jalan alternatif lain di sisi selatan sehingga mengurangi arus lalu lintas.Â
Menganalisa apakah perlu dibangun JPO atau tidak, dibutuhkan sejumlah data hasil penelitian atau survei langsung ke lokasi.Â
Dari data -data yang diperoleh, akan disandingkan dengan ketentuan soal persyaratan JPO sendiri yang dikeluarkan oleh lembaga berwenang. Dalam hal ini kementerian perhubungan atau dirjen transportasi.Â
Dari pengalaman semasa kuliah dulu, ada buku dan referensi WAJIB, seperti MKJI 1997, tata cara perencanaan struktur jembatan khusus pejalan kaki, dan lain-lainnya. Menariknya, hampir semua universitas menggunakan yang sama sebagai standar referensi.Â
Baik dalam tugas perencanaan Jalan Raya, menentukan tebal lapisan permukaan aspal, hingga perencanaan fasilitas transportasi, semacam JPO misalnya.Â