Kucing-kucing piaraanku sudah dua tahunan bersama. Mereka ibarat anak yang kadang diajak bermain. Namun bila mereka sakit, pemiliknya pun tak tinggal diam.Â
Di akhir bulan Desember lalu, Si Pritu tiba-tiba terlihat pincang. Sedikit kaget, saya perhatikan dengan baik-baik ternyata pada kaki sebelah kiri, tepatnya di jari-jarinya ada luka. Kasihan juga karena langkah kakinya menyeret. Untung kaki yang lain tak ada masalah.
Sepanjang hari dia tak nampak seperti biasa, lebih sering duduk dan menjilat-jilat kuku jari yang terluka. Itu proses alami kucing menyembuhkan dirinya sendiri dengan lidahnya. Saya biarkan saja sembari berharap mungkin dengan cara demikian akan kembali pulih.Â
Setelah satu minggu, bukannya membaik malah tambah parah. Saya memanggil Si Pritu dan dia berlari menghampiri karena melihat sepotong ikan tongkol goreng.Â
Saya paksakan pegang kakinya, lalu angkat dan lihat lebih dekat. Ternyata luka basah di sela-sela jari kaki dan aromanya sudah berbau tak sedap. Kayaknya sudah infeksi. Pantasan sangat menggganggu aktivitas Si Pritu yang biasanya kerap berlari-lari dengan Si Prito, kucing jantan lain milik saya.Â
Komunikasi via WA, sang veteriner perempuan itu minta untuk datang sore hari sekitar jam 5 ke rumahnya yang juga tempat kliniknya. Si Pritu lalu dikurung agar tak ke mana-mana.Â
"Parah juga lukanya, saya suntik antibiotik ya. Tapi nanti pake obat salep juga, nanti dikasih resepnya." kata si dokter ketika membersihkan luka Si Pritu.Â
Kuku kaki kucing jantan itu dipotong, lalu bulu-bulu di sekitar luka digunting dan dibersihkan dengan alkohol. Mendadak bau lukanya menyengat banget.Â
Si Pritu juga meringis dan pengen lepas dan lari. Ekpresi mukanya sedikit menahan sakit kala jarum suntik berisi cairan obat itu ditusukkan ke badannya.Â