Musuh yang paling berat kadang datang dari dalam... termasuk dalam urusan rumah tangga.
Setahun lalu saya mampir ke rumah seorang nasabah. Seorang wanita paruh baya yang rumahnya di tengah kota. Beliau punya seorang anak wanita, dikaruniai paras cantik.Â
Saking jelitanya, teman -teman sekolah si perenpuan ini, yang sepantaran dan dulunya seangkatan dengannya, sampai ngomong ke saya ketika orang tuanya menjadi debitur di kantor kami.Â
"Ada anaknya Pak? Cakepp tu...Dulu masih SMA kita kadang-kadang belanja ke kiosnya. Modusnya cuma buat lihat Si Ana," kata salah seorang teman cowok di kantor, yang sudah beristri dan punya dua anak.Â
Rekan kerja pria itu berusia 30 an. Jadi dalam imajinasi saya, Mbak Ana (sebut saja namanya begitu), kisaran umurnya ngga jauh beda. Saya juga jadi penasaran, sebening apa sih, sampai sudah ada beberapa laki-laki dan juga wanita yang ngomong kalo anak nya cakep pol...hehe.Â
Sampai akhirnya, dalam suatu kunjungan ke dua, saya ketemu dengan Si Kembang Kota itu. Saat itu Mba Ana mudik ke rumah orang tuanya tuk beberapa hari. Dia sudah menikah dan punya dua buah hati.Â
Setelah merid, ikut suaminya dan tinggal di luar pulau. Ternyata memang cantik. Wajahnya sekilas mirip Julie Estelle,artis blasteran indo itu. Tubuhnya langsing dan berkulit putih. Pantesan banyak laki-laki yang belanja ke warung ibunya,tak jemu-jemu melirik.Â
Mba Ana tak terlihat seperti wanita kebanyakan, yang sudah punya momongan dan tubuhnya melar. Mungkin dari sono nya memang begitu ya...kan ada wanita yang tipe tipe demikian. Tak berubah badan meski sudah ibaratnya 'turun mesin' lebih dari satu.Â
Di balik kelebihan paras, Sang Ibu yang nasabah kami ini, juga kagum pada anaknya karena memiliki beraneka usaha. Memilih menjadi pengusaha dan bukan pekerja kantoran, Mba Ana mengelola sejumlah usaha yang membuat penghasilannya jauh lebih besar dibanding pendapatan sang suami.Â
Saking jomplangnya, terbesit niat sang ibu agar anakya itu mempertimbangkan kembali, apakah mau terus terus berumah tangga dengan sang suami atau baik-baik berpisah.Â
"Masa terus-terusan seperti itu. Sudah dapat istri yang cakep, kok malah nebeng pendapatan pada istri pula. Coba kalo Ana ngga begitu, gimana ngebiayain cucu-cucu ku," curhat beliau pada saya dalam kunjungan berikutnya, ketika Mba Ana sudah balik ke kota suaminya.Â