Hati boleh panas, kepala harus tetap dingin...
Saya suka qoute di atas. Alasannya hampir setiap hari banyak hal yang kadang membuat hati kita panas. Dan pilihannya mungkin cuma dua : kita ikutan panas atau memilih tetap dingin sekalipun dipanas-panasi.Â
Hidup ya gitu. Ada naik ada turun. Jalan raya yang tiap hari kita lintasi dengan berkendara saja, ada menanjak dan menurun. Ada menikung ke kiri dan menikung ke kanan. Mengapa? Karena mustahil mengharapkan tanah yang kita pijak ini seluruh nya datar datar saja.Â
Memang sih ada beberapa daerah yang topografinya unik seperti itu. Tapi ketahuilah, jauh lebih menantang bila kontur permukaan bumi itu beragam.Â
Sama hal nya dengan interaksi komunikasi sosial. Kita tak pernah tahu seberapa rapuh hati kita andai tak pernah menerima perkataan orang lain yang menyakitkan. Kita juga tak pernah tahu seberapa stabil emosi kita bila suatu saat menerima tindakan orang lain yang melukai harga diri kita.Â
Sama hal nya kita tak pernah sadar seberapa parahnya hinaan dan makian kita terhadap orang lain sampai kita melihat dampaknya dia meradang hingga bisa melukai kita secara fisik.
Bumi tak pernah selalu datar. Selalu ada gunung dan lembah. Itu ciptaan Ilahi. Dan kita, yang juga adalah hasil kreasi Nya, juga dbuat beraneka dari sono nya. Berwarna -warni. Ada merah, hijau, ungu, biru, oranye, dan sejumlah warna lain.Â
Apakah merah selalu merasa lebih unggul dari yang lain lantaran dia paling mencolok? Ataukah hitam merasa bukan siapa-siapa bila malam menjelang, karena sudah pasti tak bisa dikenali?Â
Sekarang coba kita renungkan. Lalu tanyakan pada diri sendiri. Sejumlah pertanyaan di bawah ini akan mendorong kita untuk memikirkan ulang keberadaan dan keunikan.Â
Pernahkah kita meminta untuk terlahir dari orang tua dengan suku dan ras tertentu?Â
Pernahkah kita meminta untuk dilahirkan di mana?Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!