Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengunggah 50 Pekerjaan Ini Haram di Anggap Halal, Ketika Motif Tanpa Empati

23 Agustus 2020   20:13 Diperbarui: 24 Agustus 2020   13:28 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber :akun FB_Abu Yahya Al Bustam /(Foto: Twitter @Toddysolo79)

Just Sharing..

Beraneka warna dunia media sosial. Mau cari yang baik dan buruk, semua tersedia. Apalagi di antara saudara sebangsa yang lazim disebut warga+62. Cek saja rilis terbaru berdasarkan We Are Social yang menyatakan bahwa pengguna internet di tanah air 175 juta orang. Itu berarti dari total populasi penduduk Indonesia  yang sekitar 272 juta jiwa, hampir 64% nya berpotensi menjadi konsumen media. 

Entah menjadi penyaji atau penikmat informasi di media sosial, selalu saja hadir berita -berita viral yang seakan menjadi dagangan  menarik. Pelaku, dalam hal ini bisa berarti seseorang atau sekelompok orang, akan membuat sebuah akun. Nama akun bisa nama asli atau abal - abalan untuk maksud tertentu dengan jangka waktu sesuai kebutuhan si pelaku. Tujuannya macam -macam. 

Seperti hari ini kala membaca unggahan dari Abu Yahya Al Bustamy yang di retweet oleh akun twitter@narkosun.Unggahan perihal 50 daftar pekerjaan yang menurutnya haram namun dianggap halal telah dikomentari 2,6 K warga, di retweet 4,4 K pengguna medsos dan yang likes sudah 4,7K. Entah ukuran halal dan haram nya diacu berdasarkan apa, namun profesi dan para pekerja di bidang yang disebutkan itu, cukup merasa sedikit 'panas' dalam tanda kutip.  

Dengan kesadaran sebagai sesama anak bangsa, di tengah badai PHK menimpa sebagian para pakerja, rasa -rasanya perlu empati dan toleransi tuk membuat pernyataan di media sosial. Apa motifnya dan apa tujuannya. Sekedar menjadi viral dan memancing perdebatan, ataukah ada niat lain dengan mengunggahnya, Karena jaman sekarang, maaf kata, mau berkhotbah pun bisa via media sosial,

 Lha itu pasarnya, 175 juta orang dari sabang sampai merauke. Luar biasa potensi yang mendengar dan membaca. Ibarat membuat roti, unggahan semacam ini seumpama  ragi yang mengkhamirkan seluruh adonan. Mengembang sempurna.  Setelah masuk oven alias diviralkan ke mana-mana,tinggal tunggu saja hasilnya.  

Sayangnya, masyarakat kita termasuk omnivora alias pemakan semua infomasi. Mau sehat atau kurang sehat, bila ranahnya sudah menyenggol khalayak umum dan berbenturan dengan kepentingannya, sering memantik perdebatan. Tak lagi menyaring ini benar atau hoaks. Tak pula memperimbangkan apa maksud dan motif dari si pengunggah. Bahkan tak niat menelisik lebih dalam keaslian dari akun tersebut. 

Saat Mengunggah, Tak Cukup Jempol, Tapi Tambahkan Empati. 

Empati berdasarkan KBBI adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Dengan makna demikian, ketika seseorang mengunggah bahwa 50 pekerjaan di atas itu haram dan dhalal-halalkan, bisa dikatakan tak memiliki empati pada para pekerja yang bekerja di bidang tersebut. 

Pertanyaannya adalah apakah si pengungggah tak berhubungan dalam hidupnya sehari -hari dengan beragam profesi yang dituduhkannya itu? Seandainya dia tak sama sekali menggunakan jasa dari profesi yang disudutkannya, bagaimana dengan keluarga intinya? Anak -anaknya? Keluarganya? Jaringan sosial dan jaringan kepentingan dalam kesehariannya? Jaringan bisnis dan profesi nya? 

Ketika soal -soal yang berkaitan dengan keyakinan dan pilihan pribadi, dipaksakan dalam tanda kutip ke dalam suatu sistem sosial,sudah pasti akan memantik perdebatan dan keriuhan. Bisa jadi karena agama dan pilihan kepercayaan seseorang adalah pilihan orang per orang, Dunia pekerjaan adalah dunia sekuler, bukan kerohanian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun