Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Soal Keringanan Kredit karena Corona, Sebaiknya Nasabah Tanya Langsung ke Lembaga Pembiayaan

26 Maret 2020   19:48 Diperbarui: 27 Maret 2020   14:38 3823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintah memberikan kelonggaran atau keringanan kredit pada masyarakat yang terdampak corona| Sumber: Shutterstock

Just Sharing...

Viral ucapan Pak Jokowi soal relaksasi kredit atau keringanan kredit menjadi warna tersendiri di tengah nestapa badai corona. Di tanah air, sejak kemarin, berseliweran cuplikan arahan kepala negara itu. 

Tak sedikit yang meng-update di status media sosial. Sebagian lain lantas mengirimkan dalam bentuk link atau langsung berbagi video ke grup WA atau japri ke para kontak di handphone masing-masing.

Saya yang kebetulan bekerja di bidang berkaitan dengan kredit dan angsuran, malah baru tahu setelah membaca link tulisan tersebut di dalam grup kantor. Wah, ternyata ada kabar baik di tengah-tengah kabar buruk akibat badai corona.

Arahan dari Pak Presiden merupakan wujud kepedulian terhadap pelaku sektor usaha kecil dan menengah. Kita sadar bahwa dalam struktur piramida ekonomi dan piramida kekayaan,porsi terbesar adalah sektor ini. 

Banyak dari masyarakat kita yang menggantungkan hidup dan berprofesi sehari-hari pada kuadran di piramida ini. Ojek online, sopir taksi, para nelayan, wiraswasta non formal, pedagang kaki lima, dan beraneka bidang kerja lain dengan skala penghasilan di bawah 10 miliar. 

Bahkan ada yang hanya mengelola perputaran laba dan profit lebih kecil dari itu. Kisaran ratusan hingga puluhan juta. Itu ukurannya dalam satu tahun. 

Contoh sederhana, ojek online. Sehari laba bersih 200 ribu. Sebulan bila narik terus, stabil, minimal 30 hari bisa dapat 6 juta. Namun ada biaya operasional lain, seperti servis kendaraan, biaya pulsa dan paket data, biaya makan harian, dan biaya lain. 

Sudah pasti dari profit sebesar 6 juta ada yang berkurang. Bila sekali makan 15 ribu maka sebulan dihitung normal habis 15 ribu x 3 x 30 hari = 1,350 juta. Itu hitungan pekerja bujang atau belum menikah. Belum biaya bensin. Apalagi bila ada tanggungan istri dan anak ditambah cicilan kendaraan.

Sumber: Kredit untuk usaha UKM/ Ade Budiman
Sumber: Kredit untuk usaha UKM/ Ade Budiman
Angka 6 juta untuk sebagian orang terlihat relatif besar. Namun dalam penggunaan selama satu bulan, mungkin dirasa pas-pasan atau cukup-cukupan. Itu hitungan normal andai iklim usaha berjalan normal. 

Namun andai kata, kondisi ekonomi dalam keadaan babak belur dihajar corona seperti saat ini, bisa jadi hitung-hitungan di atas melenceng jauh ke bawah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun