Blessing in Disguise
Sebuah musibah tak hanya menebar ketakutan kepada mereka yang kuatir akan tertimpa. Tapi boleh jadi ada berkah di dalamnya. Berkah yang tercipta sebagai hasil dari menghindari resiko.Â
Manusia bila melihat sesamanya mengalami suatu musibah, sudah barang tentu akan melakukan langkah preventif. Tujuannya agar tak ikut-ikutan menjadi 'korban'. Seperti halnya mendengar beberapa saudara kita menjadi korban epidemi virus corona. Kesadaran diri muncul. Sadar bahaya sadar potensi. Â
Sudah 10 hari sejak indikasi positif dua WNI diumumkan kepala negara. Dan hari ini, (09/03/2020) kabar buruk tak lagi sekedar kabar burung. Achmad Yurianto, juru bicara pemerintah mengumumkan ada tambahan penderita positif corona. Total berjumlah 19 orang.Â
Tak elok katakan wow, luar biasa atau apapun ekspresi keheranan. Seakan tak disangka belum ada satu bulan, sudah berlipat dari dua menjadi sembilan belas korban. Tak usah pula menggunakan rumus deret ukur atau deret hitung untuk memprediksi akan berapa nanti totalnya di akhir Bulan Maret 2020.Â
Penjalaran epidemi akibat virus atau juga bakteri bukanlah matematika yang lebih banyak pastinya dibanding ketidakpastian. Pemerintah sedang fokus pada penanganan korban dan pembatasan akses yang lebih luas terhadap warga. Itu diluar konsentrasi pemerintah yang juga mesti fokus pada sektor -sektor lain yang terdampak secara langsung maupun  tak langsung. Transportasi misalnya, juga pariwisata dan perdagangan.Â
Transportasi, Pariwisata dan Perdagangan
Ketiga segitiga bermuda ini adalah sektor produktif. Tak hanya jadi keran pendapatan negara, tapi juga sumber pendapatan warga di dalam negara. Iya, pendapatan masyarakat yang sehari -hari hidup dari perputaran uang di tiga sektor ini. Hasil dari pergerakan manusia, barang dan jasa. Bila salah satu atau salah dua dari tiga sektor ini ambruk, akan berdampak luas terhadap perekonomian negara.Â
Tiga sektor ini berkontribusi terhadap kenaikan PDB alias produk domestik bruto. PDB adalah salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi dalam negeri.Â
Meski ada istilahnya PDB dalam harga berlaku atau PDB dalam harga konstan, secara umum PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi, dalam kurun waktu tertentu. Umumnya dihitung per tahun. (dilansir dari BPS)
Di 2018 , kontribusi sektor transportasi dan logistik menyumbang 5,37% terhadap PDB. Di 2019 meningkat menjadi 11,56 persen atau sekitar 889,4 trilyun.Â