Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Zozibini Tunzi, Ketika Cantik Tak Harus Putih dan Berambut Lurus

5 Maret 2020   14:28 Diperbarui: 5 Maret 2020   14:48 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya dibesarkan di dunia di mana perempuan yang tampak seperti saya, dengan jenis kulit seperti saya dan jenis rambut seperti saya, tidak pernah dianggap cantik," 

Kutipan di atas adalah penyataan dari seorang Zozibini Tunzi, Miss Afrika Selatan yang terpilih sebagai Miss Universe 2019 pada tahun lalu. Tanpa sengaja saya menemukan tweet ungkapan itu pada akun tweeter Ricardo Salampessy, pesepakbola dari tanah Papua yang juga mantan pemain timnas Indonesia. Kini wanita berusia 26 tahun itu sedang berada di Jakarta dan akan menghadiri malam pemilihan Putri Indonesia 2020 yang dilangsungkan besok. Pemenang pertama dari ajang ini, akan menjadi wakil Indonesia pada kompetisi ratu sejagad itu di tahun ini. 

Standar Cantik di Indonesia Berbenturan Dengan Standar Cantik Universal

Sisi positif dari ajang miss -missan tingkat dunia adalah kita dapat melihat bahwa pemenangnya atau yang masuk ke dalam top 3 atau top 5 nya adalah wanita-wanita yang boleh jadi tidak masuk katagori 'cantik dan menarik' untuk penonton di Indonesia. Taruhlah seorang wanita khas Indonesia Timur dengan perawakan dan penampilan seperti Zozibini Tunzi, dan bukan seorang pemenang ajang kecantikan, apakah akan masuk sebagai tipikal wanita cantik di mata orang indonesia? Di mata para netizen di you tube, di tweeter atau di media sosial? 

Hampir pasti tidak. Lantaran patokan cantik di mata para netizen yang budiman adalah sekelas Dian Sastro, Chelsea Islan atau Tamara Blenziky. Memutar lebih jauh ke tahun 80 an, ikon kecantikan di Indonesia adalah artis -artis jadul yang kini sudah berstatus Nenek atau Oma seperti Tante Meriam Bellina, Lydia Kandou atau para legend yang selalu awet muda seperti Eyang Titik Puspa atau Eyang Widyawati. 

Lihat saja iklan -iklan sabun khusus wanita dan produk kecantikan dalam negeri seperti shampoo dan lain sebagainya. Dari jaman mama saya masih muda di awal 80 an hingga jaman now keponakan saya yang kini sudah duduk di kelas tiga SMA, selalu saja pesan intinya : memutihkan kulit dan semua mata memandang kepadamu. Tak perlulah disebut nama merk dan nama produknya. Bila kita adalah penikmat siaran TV dari tahun jadul hingga dua ribuan, pasti mahfum dengan iklan -iklan apa saja. Kini media iklan sudah bersaing dengan media instagram.

 Lebih banyak kaum wanita yang menjadi folllower akun instagram yang menayangkan produk kecantikan. Dari yang legal, semi legal, sampai yang resiko tanggung sendiri. Mau beli online boleh, mau jadi reseller juga oke. Uang dapat produk dapat dengan menjadi menjadi member atau agen. Daya tariknya apa? Ya itu, setiap kali pakai produk, selalu update foto : sebelum dan sesudah alias before and after. Agar terlihat beda dan khasiatnya. Modelnya di cari yang cantik, sudah pasti yang putih kulitnya. 

Padahal secara logika, kita tahu, bahwa bila orangnya sudah cantik sudah putih, dipakaikan produk apapun, ya tetap akan terlihat menarik. Akan nampak lebih putih. Itu makanya selalu ada pemilihan model, mulai gadis sampul hingga sampul kalender, karena produk akan terlihat lebih menjual bila dibawakan sama para model yang masuk katagori cantiknya Indonesia, bukan cantiknya universal. Padahal soal warna kulit dasar orang Indonesia , dari ujung barat  hingga ujung timur adalah sawo matang hingga coklat kehitaman.

Bukan mayoritas putih seperti warna kulit standar  orang korea atau  tiongkok. Saudara-saudara kita di Indonesia timur pun tak semuanya berkulit hitam, sekalipun asli orang sana. Apa wanita -wanita Indonesia mau seperti India yang para perempuannya berlomba-lomba menjadi putih dan kehilangan identitas kulitnya. 

Rambut lurus adalah ikon, apa benar demikian? 

Ras di Indonesia terdiri dari beberapas ras , ada melayu, ada melanesia dan juga mongoloid. Bhineka tungga ika adalah semboyan negara yang tak hanya bicara soal beragam keyakinan, bermacam adat dan budaya, tapi juga beraneka ras dan tipikal perawakan warganya dalam satu bingkai NKRI. Bila demikian sudah ada dari jaman sebelum generasi sekarang lahir, lalu mengapa persepsi rambut lurus lebih cantik dari rambut ikal atau rambut keriting masih terus 'eksis' dalam iklan-iklan komersial dan kontes kecantikan dalam negeri. Pasar mana yang disasar oleh produk itu? Apakah cantik itu identik dengan berambut lurus dan berkulit putih? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun