Sekadar sharing, di fase akhir perkuliahan, saya pernah terlibat dalam konseling pelayanan mahasiswa. Salah seorang adik tingkat dikaruniai kelebihan tulis menulis. Bakat itu digunakan untuk menulis blog erotis dan tulisan berbau seksual yang merangsang pembacanya ,maaf, untuk melakukan masturbasi atau onani, Sudah pasti dengan gambar-gambar serba 'wah'.
Nilai-nilai akademik nya bagus. IP-nya rata-rata di atas 3. Di tahun segitu, sudah luar biasa, apalagi dari fakultas eksak. Di balik kelebihan kecerdasan, dia menyimpan sisi sakit dalam jiwanya. Memberi makan dan menanamkan gambaran erotis pada ribuan pembaca  dengan halusinasi seksual dan kreatfitas merangkai kata dan kalimat berbumbu esek esek.Â
2. Mahasiswa cerdas, bisa saja berasal dari keluarga broken home atau broken heart
Dalam otak bisa di duga, dalam hati tak ada yang tahu. Maksudnya adalah kita mudah beropini bahwa para mahasiswa yang bisa ketrima di universitas top nan populer,mereka itu pintar -pintar,. Lha kalo tak pandai, gimana bisa lulus tes masuk dengan banyak pesaing.Â
Namun realitasnya, kita tak tahu sisi dalam jiwanya sebagai akumulasi dari proses tumbuh kembang dalam keluarga. Termasuk luka batin dan trauma emosi yang pernah terjadi dalam kehidupannya, dibalik kekaguman terhadap nilai akademiknya.Â
3. Mahasiswa cerdas, biasanya punya kemampuan 'tambahan' dalam dirinya.Â
Kemampuan tambahan adalah kemampuan di luar sisi akedemik nya, Bisa tari, olahraga, menulis, menyanyi dan lainnya. Jadi ketika membaca tulisan-tulisan dalam blog pelaku mutilasi ini, siapa tak kagum akan kemampuan lulusan unversitas top ini.
Pandai memilih diksi dalam kalimat sebagai curhatan hati beserta pemikiran -pemikirannya. Malah dia mungkin saja bisa memilih untuk menulis di Kompasiana.Â
4. Kemampuan dan kecerdasan di satu sisi berguna, di sisi lainnya bisa tuk merancang kejahatan.Â
Ini yang dilakukan oleh kedua pelaku ketika sudah masuk dalam jalinan pertemanan dengan orang lain sebagai sasaran. Mungkin lantaran pelaku tak datang dari keluarga kaya harta, yang mungkin untuk orang lain, memegang uang puluhan juta sudah biasa lah. Tak terlalu gimana gimana juga.Â
Latar belakang dan desakan kebutuhan, membuat apa yang sakit di dalam jiwa, muncul ke atas. Tak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Terungkap dalam suatu sisus berita, pihak keluarga menyatakan bahwa pelaku cerdas sejak usia sekolah, dan  kuliah dengan bantuan beasiswa bidik misi, yang memang ditujukan untuk mahasiswa pandai  dengan kemampuan ekonomi tertentu.Â