Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengenang Suatu Hari di Gili Trawangan, Antara Pasir Putih dan Masa Depan

6 Oktober 2019   19:30 Diperbarui: 7 Oktober 2019   02:10 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabar baiknya, apapun yang kita pelajari, tidak ada yang tidak berguna. Di pekerjaan sekarang, mudah bagi saya untuk memahami dokumen proyek dan pola usaha dari para calon nasabah yang memiliki usaha kontraktor maupun konsultan. Komunikasi dengan calon nasabah yang bekerja di dinas perhubungan atau dinas pengairan juga lebih 'nyambung' lantaran saya sedikit mengerti istilah dan penamaan di dalam bidang -bidang tersebut. 

Selama saya kuliah di Bali, pulau dewata sudah serasa hometown kedua. Selain ada keluarga orang tua yang sudah dari dulunya berdinas di institusi perbankan dan kepolisian dan menetap di sana, jalinan komunitas dengan teman -teman alumni dan komunitas yang lain juga terjalin dengan baik. 

Saya juga sudah bekerja di sebuah perusahaan import asal Amerika yang membuka cabang nya di Bali sembari menyelesaikan skripsi TA (Tugas Akhir). 

Berat memang bekerja sambil kuliah. Lewat usia 25, saya memang tidak ingin lagi bergantung secara finansial terhadap keluarga. Harus mandiri, bisa membiayai hidup sendiri. 

Puji syukur, akhirnya bisa terselesaikan lewat proses yang dalam tanda kutip berdarah-darah lantaran gaji bulanan banyak terpakai untuk membiayai penelitian dan lelahnya membagi waktu antara waktu untuk bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore lalu dilanjutkan menyelesaikan TA hingga pukul 12 malam bahkan hingga dini hari. 

sumber:ucbindonesia
sumber:ucbindonesia
Untuk masa depan yang lebih baik, mengapa tidak. Kendati sudah bekerja selama beberapa tahun di perusahaan importir asal amerika itu dengan gaji yang relatif cukup untuk hidup di Bali, namun saya putuskan untuk resign. 

Dengan tawaran -tawaran di atas, lewat proses perenungan dan doa, memohon ijin orang tua (ibu) dan keluarga yang lain, saya memilih untuk bekerja di perusahaan yang sekarang. 

Bila Tuhan berkehendak, suatu saat saya bisa tugas kembali di Bali atau ke daerah asal dimana ada beberapa kantor cabang di sana. Atau bisa jadi ke kota lain di tanah air. 

Solo Traveler Gili Trawangan

Mengenang libur lebaran enam tahun lalu, di Bulan Agustus di tahun 2013, saya singgah di sini, di Gili Trawangan. Dari sudut warung kecil milik bapak dan ibu asli Lombok di timur pulau yang menghadap ke laut biru. 

Saya menikmati kopi sasak lokal seharga 5000 dan memandang para wisatawan yang sedang menikmati pasir putih. Mereka, para bule -bule itu, menghabiskan  uang puluhan bahkan ratusan juta untuk datang ke pulau ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun